Tetapi, memberikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat yang kurang mampu.
Sehingga, bantuan yang sampai lebih tepat sasaran dibanding subsidi BBM.
"Jadi naik tinggi, kasih BLT, tidak ada demo. Walau naik 120 persen, dengan penjelasan yang baik," ujar JK.
Melansir pemberitaan Kompas.com pada 2005, pemerintah menaikkan harga BBM sebanyak dua kali.
Baca Juga: Vespa Excel Jadi Kado Perpisahan Dari Paspampres Untuk Jusuf Kalla
Pada Maret 2025, harga BBM naik 32 persen untuk premium dari Rp 1.810 menjadi Rp 2.400 per liter.
Sedangkan solar naik dari Rp 1.650 menjadi Rp 2.100 per liter atau 27 persen.
Kemudian, pada 1 Oktober 2005, pemerintah kembali menaikkan harga BBM secara signifikan.
Harga premium naik dari Rp 2.400 menjadi Rp 4.500 per liter atau mengalami kenaikan 87 persen.
Kemudian, harga solar naik dari Rp 2.100 menjadi Rp 4.300 per liter atau sekitar 105 persen.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Anggito Abimanyu, dalam opininya yang tayang di Kompas.com pada 1 Maret 2012 menuliskan harga minyak dunia meroket pada 2005.
Saat itu, harga minyak dunia naik dari 25 dollar AS per barrel menjadi sekitar 60 dollar AS per barrel.
Baca Juga: Waduh! Wapres Jusuf Kalla Pernah Terjepit Kaca Mercedes-Benz S600 Guard Seberat 100 Kg
Akibatnya, beban subsidi BBM melonjak dari Rp 21 triliun menjadi Rp 120 triliun apabila harga BBM tidak dinaikkan.
Anggito pun menyebutkan, kenaikan harga BBM tersebut telah menolong perekonomian dari dua masalah makro ekonomi.
Pertama, pemborosan anggaran. Kedua, gejolak rupiah.
Menurut Anggito, dengan kenaikan harga BBM juga terjadi penghematan konsumsi BBM.