Kendati demikian, kadang medan jalan tak mendukung.
"Saya (tadi) lewatnya pakai jalur di sampingnya jalan kampung," katanya.
Sus, panggilan akrab Susmintarta, bercerita, pengalamannya melaju Semarang-Demak, banjir rob masuk ke ruas jalan pantura dalam satu dekade terakhir apabila air laut pasang.
"Sejak sepuluh tahun terakhir ini, tidak sekali dua kali, hampir terus rob," kata Sus.
Dia menilai, banjir rob merupakan masalah klasik dan pemerintah daerah maupun pusat tak serius menangani banjir rob, ibarat 'dingoni' atau pelihara dalam istilah Jawa.
"Pemerintah harus turun, mau tidak, anggaran dari pusat-provinsi ada, tinggal pemerintah mau tidak, kelihatannya enggan sekali. Apakah ini, kalau orang Jawa robnya itu 'dingon' ini yang menjadi persoalan. Mustinya serius lah," tutur Sus.
Baca Juga: Awas! Jangan Lakukan Ini Kalau Motor Terendam Banjir Rob, Salah Penanganan Dompet Bisa Jebol
"Persoalan klasik, artinya itu saat air pasang. Harusnya pemerintah paham ada mapping, air dari mana dan cara membuangnya bagaimana yang belum terselesaikan," sambung dia.
Dia berharap, pemerintah untuk lebih serius lagi menangani banjir rob supaya masyarakat tidak terganggu.
"Mustinya pemerintah harus bicara cepat, intervensinya harus cepat, tapi kenyataannya masyarakat tiap hari harus berhadapan dengan rob. Itu sangat-sangat mengganggu sekali," kata Sus.
Sebagai informasi, banjir rob di Pantura Sayung Demak terjadi apabila ketinggian pasang air laut mencapai 1 meter lebih.
Prediksi pasang air laut bisa diakses melalui media sosial BMKG Maritim Semarang.