Sehingga Tugito bersyukur jika harga yang didapatnya lebih besar ketimbang harga pasaran.
"Alhamdulillah hitungannya mahal, kalau pasarannya paling Rp 750 ribu sudah tinggi, tapi adanya jalan tol ini jadi lebih mahal. Ada yang tegel (keramik) itu minta Rp 200 ribu 1 meter. Kalau di kampung malah sekitar Rp 500 ribuan," tukasnya.
Dari uang kompensasi sebesar Rp 3,9 juta, Tugito berencana menggunakannya untuk tambahan modal usaha.
Menurutnya langkah itu lebih baik ketimbang dipakai untuk hal yang konsumtif.
Baca Juga: Proyek Tol Jogja-Bawen Ubah Petani Jadi Miliarder Dadakan, Lahan Laku Rp 17,6 Miliar
Hal serupa juga dialami Mbah Sri Badawiyah (64) warga Desa Prawatan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Mbah Sri merupakan warga yang mendapat ganti rugi tanah terdampak proyek tol terkecil di desa itu.
Sawah milik Sri Badawiyah yang kena terjang tol hanya seluas 3 meter saja.
Ia mendapat ganti rugi Rp 2,8 juta.
Meski tak menjadi miliarder seperti warga lainnya, ia tetap bersyukur.
"Alhamdulillah, tetap bersyukur, artinya sawah ini masih bisa diwariskan ke anak cucu," ujarnya saat temui di Aula Desa Prawatan, (11/10/22) lalu, melansir dari Tribun Jogja.
Menurut Sri, secara keseluruhan sawah yang ia miliki di desa itu seluas 800 meter persegi.
Baca Juga: Ular Beton Senilai Rp 14 T Libas Puluhan Desa di Magelang, Ini Jalurnya
Awalnya sawah itu dikabarkan terkena proyel Tol Solo-Jogja.
Setelah adanya pengukuran, ternyata sawah miliknya cuma 3 meter saja yang diterjang tol.
"Itu posisinya di pojokan belakang. Awalnya kan dibilang kena tol tapi setelah di ukur cuma kena 3 meter. Saya bersyukur saja," jelasnya.
Ia mengatakan bakal menggunakan uang Rp 2,8 juta itu untuk berziarah ke makam keluarganya di Demak dan membawa cucunya jalan-jalan.
"Uangnya untuk bawa cucu jalan-jalan dan berziarah ke Demak. Ada makam keluarga di sana," urainya.