“Alih-alih memindahkan tuas persneling ke gigi lebih rendah setelah perlambatan, pengemudi biasanya mempertahankan gigi tinggi dengan harapan bisa menghemat BBM, padahal kan tidak,” ucap Muchlis.
Ketika mesin mulai bergetar karena gigi percepatan terlalu tinggi, menurut Muchlis, kondisi tersebut sama saja mesin sedang terbebani oleh laju mobil.
Putaran roda yang pelan, akibat rasio putaran masih tinggi maka cenderung membuat mesin mati.
“Saat putaran mesin dinaikkan, maka laju mobil tetap saja lambat, sehingga tidak ideal digunakan saat akselerasi, dampaknya kerja mesin lebih berat dan justru boros BBM,” ucap Muchlis.
Baca Juga: Ini Penyakit yang Hinggap di Ertiga Bekas Manual Usia Pakai 5 Tahunan
Selain itu, Muchlis mengatakan pemakaian gigi percepatan terlalu tinggi juga bisa merusak komponen internal transmisi, khususnya gigi percepatan.
“Gigi percepatan akan terbebani, mereka akan menerima gaya gesek lebih besar, getaran lebih besar, akibatnya komponen ini bisa rontok jika terus-terusan, selain itu getaran juga bisa memperpendek usia engine mounting,” ucap Muchlis.
Muchlis mengatakan engine mounting merupakan komponen penopang mesin dan transmisi pada bodi atau rangka mobil.
Mereka berperan untuk meredam getaran dari mesin sehingga tidak akan terasa di dalam kabin.
Jadi, bertahan pada gigi tinggi untuk meningkatkan efisiensi bukanlah keputusan tepat karena justru dapat membuat mobil boros BBM akibat beban berat dan dapat merusak komponen.