"Kami mulai menambah performa kami, karena aku menggunakan engine brake yang sangat berlawanan dengan Dovizioso, yang saat itu menjadi referensi," jelas murid Valentino Rossi ini.
Salah satu masalah utama motor Ducati kala itu adalah karakternya yang terlalu kuat di top speed, namun kesulitan menikung.
"Begitu kami memulai itu, kami mulai melihat bahwa motornya menikung, dan motornya memiliki kecepatan menikung yang bagus," ungkap Bagnaia.
"Hal baiknya adalah banyak gaya alap yang bisa beradaptasi karena hal itu. Jadi tidak hanya satu setting saja, atau satu engine brake saja, atau satu cara untuk mengeluarkan tenaga saja," sambungnya.