Hyundai Ogah Ikuti Pabrikan China, Perang Harga Demi Pikat Konsumen

Naufal Shafly - Jumat, 9 Agustus 2024 | 20:30 WIB

Ilustrasi Hyundai KONA Electric, line-up mobil listrik terbaru Hyundai di Tanah Air. (Naufal Shafly - )

GridOto.com - Industri otomotif Indonesia saat ini tengah ramai dimasuki oleh brand-brand asal China, yang menjual mobil listrik mereka di Tanah Air.

Banyaknya brand baru tersebut membuat adanya perang harga di segmen-segmen tertentu.

Para pabrikan asal China seolah berlomba-lomba memberikan harga terbaik guna menarik minat konsumen di Tanah Air.

Menanggapi situasi tersebut, Fransiscus Soerjopranoto selaku Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) memberikan pendapatnya.

Menurut pria yang kini akrab disapa Frans tersebut, Hyundai memiliki strategi pemasaran tersendiri dan enggan mengikuti tren perang harga.

"Kami melakukan studi, hasilnya kalau kami boleh bilang jangan terjebak dengan adanya perang harga. Karena kami juga sudah lihat, saat BYD masuk seluruh produsen China menurunkan harga," ucap Frans dalam diskusi Litbang Kompas belum lama ini.

Ia menjelaskan, saat ini Hyundai tidak mau menurunkan atau menaikkan harga mobil listrik mereka.

Pabrikan berlogo huruf H ini masih menahan harga jualnya, meskipun di satu sisi nilai tukar Dollar terhadap Rupiah mengalami tren naik.

"Kalau kami naikkan harga, tentunya marketnya akan berpengaruh. Nah itu kami enggak inginkan," tuturnya.

Baca Juga: Tiga Fakta Menarik Hyundai IONIQ 5 N yang Dijual di Indonesia

Adapun berdasarkan survei internal Hyundai, masyarakat Indonesia cenderung lebih menyukai produk yang kental dengan nuansa Indonesia.

Oleh sebab itu, Hyundai beberapa waktu lalu meluncurkan IONIQ 5 Batik sebagai jawaban atas kebutuhan konsumen.

"Karena (berdasarkan survei) konsumen sukanya dengan (produk) Indonesia, makanya kami buat IONIQ 5 Batik. Kenapa? karena kami ingin tunjukkan Indonesia, kami ingin tonjolkan bahwa ini produk Indonesia, bukan Korea Selatan," jelasnya.

"Jadi kami ingin masuk ke sana. Lalu kami perkuat lagi dengan berdirinya pabrik baterai EV pertama di Indonesia. Hal tersebut memperkuat bahwa Hyundai, khususnya electric car-nya adalah produksi Indonesia," lanjutnya.

Frans berharap, produsen asal China seharusnya bisa lebih mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Tanah Air ketimbang melakukan perang harga.

Sebab, pada akhirnya konsumen akan memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

"Makanya kalau menurut saya, kami enggak mau masuk ke area price war. Harapan saya, semoga produsen China juga melakukan hal yang sama," tutupnya.