GridOto.com - Pendapatan Jorge Martin diyakini naik drastis dengan bergabung dengan tim pabrikan Aprilia di MotoGP 2025 mendatang.
Hal itu diungkap oleh pengamat sekaligus mantan pembalap Ducati di MotoGP dan WorldSBK, Neil Hodgson.
Menurut Hodgson, salah satu alasan Jorge Martin memburu kursi tim pabrikan hingga memilih pergi dari Ducati adalah karena uang.
Bukannya Martin mata duitan, namun gaji yang besar dianggap sebagai penghargaan pabrikan kepada seorang pembalap.
Jadi ia merasa lebih dihargai di Aprilia dibandingkan terus-terusan menjadi pembalap tim satelit di pabrikan Borgo Panigale.
"Itu (uang) memainkan peran besar di olahraga kita ini," kata Hodgson di saluran TV TNT Sports, dilansir GridOto.com dari Motosan.es.
Dari sumber yang didapatkannya, Hodgson menyebut bahwa gaji pokok Martin berkisar di angka 5 juta euro atau senilai Rp 88,3 miliar permusim (kurs 1 euro senilai Rp 17.675 per 26 Juli 2024).
"Sebagai pembalap tim pabrikan Aprilia, ia mendapat perkiraannya 5 juta euro. Sedangkan sebagai pembalap tim satelit, ia menerima 1,5 juta euro (Rp 26,5 miliar)," ungkapnya.
"Ia ingin mendapat kontrak pantas dari pabrikan. Ia adalah salah satu pembalap terbaik. Ketika pintu tim pabrikan Ducati ditutup, ia bereaksi secara instan. Kursi Aprilia kosong dan ia pergi ke sana," jelasnya.
Baca Juga: Alesan Terus, Ini Ucapan Pedas Pecco Bagnaia Buat Fans Marc Marquez
Nilai yang didapat Martin lebih besar dari Vinales, yang kabarnya mendapat sekitar 4 juta euro atau Rp 70 miliar dari Aprilia musim ini.
Kendati mendapat gaji besar, menurut Hodgson lebih baik Martin bertahan di Ducati karena motor yang dijamin kompetitif.
"Ducati tentu senang untuk mempertahankannya. Martin bisa ke VR46 atau Gresini dengan motor pabrikan," tegas Hodgson.
"Itu akan menjadi pilihan terbaik untuk kariernya. Tapi ia adalah seorang pria yang punya harga diri," jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, mantan pembalap Sylvain Guintoli menilai keputusan Martin sudah tepat.
Selain gaji, seorang pembalap besar memiliki ego untuk mempertahankan rasa bangganya daripada harus menjadi penggembira di tempat lamanya.
"Ia tak mau jadi pendamping pengantin di Ducati. Ia merasa bisa memakai nomor 1. Ia tak mau jadi pilihan kedua dan itu muncul dari ego," tegas mantan test rider Suzuki tersebut.
"Tapi kadang ego dan rasa percaya diri bisa membuat perbedaan dalam caramu balapan. Mungkin Martin bisa membuat perbedaan. Ia sudah belajar selama bertahun-tahun," jelasnya.
Soal performa Martin musim depan, Hodgson juga sependapat bahwa Martin akan tampil bagus bersama Aprilia RS-GP.