Dengan kebutuhan dana yang lebih besar untuk membeli BBM, masyarakat kelas menengah berpotensi menahan belanja lainnya, khususnya yang bersifat sekunder dan tersier.
Yusuf bilang, sejumlah data sebenarnya sudah menunjukan, pola konsumsi masyarakat sedang berada dalam tren perlambatan.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia (BI) misalnya, yang semakin menurun, di mana pada Juni lalu berada di level 123,3.
"Bagi kelas menengah, pembatasan ini justru berpotensi menekan daya beli mereka dan berpotensi mendorong mereka untuk melakukan penyesuaian konsumsi," kata Yusuf.
Selain melihat dampaknya ke masyarakat, Yusuf menilai, pemerintah seharusnya masih bisa memenuhi kebutuhan belanja subsidi energi.
Pasalnya, pemerintah telah resmi mengerek defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tahun ini, dari semula sebesar 2,29 persen menjadi 2,7 persen.
"Jadi berangkat dari sana sebenarnya saat ini momentumnya belum terlalu tepat kemudian melakukan pembatasan subsidi BBM," ucap Yusuf.
Baca Juga: Ertiga Mobilio Xpander Dicoret, Ini Deretan Mobil Masih Dapat Izin Beli Pertalite