GridOto.com – Perusahaan teknologi, Bosch, sedang mengembangkan software atau perangkat lunak untuk mobil masa depan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Dewan Manajemen Bosch Stefan Hartung dalam acara Bosch Tech Day 2024 di Renningen, Jerman.
Hartung mengatakan, Bosch yakin software akan jadi kunci utama dalam perkembangan industri otomotif.
Keyakinan Bosch dalam mengembangkan perangkat lunak untuk mobil masa depan didasari oleh pengalaman perusahaan dalam menciptakan berbagai produk dan layanan berbasis teknologi, mulai dari perangkat lunak dan alat untuk industri, kesehatan, hingga teknologi luar angkasa.
Hingga 2024, Bosch telah memiliki 48.000 karyawan yang bekerja sebagai pemrogram perangkat lunak. Sebanyak 42.000 di antaranya berfokus pada sektor mobilitas.
"Bosch telah menjadi perusahaan perangkat lunak dalam waktu yang cukup lama. Perangkat lunak yang kami buat memiliki visi 'Invented for Life', dengan tujuan meningkatkan kehidupan pelanggan,” ujar Hartung dikutip dari rilis resmi, Selasa (25/6/2024).
Hartung menyebut, mobil pintar ini nantinya akan mendapatkan sejumlah fitur “anti penuaan” yang dapat diunduh oleh konsumen secara online melalui melakukan pembaruan perangkat lunak over the air (OTA) tanpa harus pergi ke bengkel.
Salah satu contoh produk Bosch yang telah mengadopsi teknologi ini adalah sepeda Bosch eBike.
Baca Juga: Ada Layanan Antar Aki Bosch di Jabodetabek, Lokasi Lain Menyusul
Sejak diluncurkan pada akhir 2021, Bosch setidaknya telah menghadirkan sekitar 70 fitur dan modifikasi baru melalui aplikasi eBike Flow, mulai dari fitur alarm, pelacakan, hingga mode berkendara yang terbaru.
“Mobil tidak hanya sekadar kendaraan lagi, tetapi juga produk yang dapat diperbarui dengan mudah. Selain mobil, konsep ini juga akan diadaptasi pada motor, dan sepeda listrik,” jelasnya.
Anggota Dewan Manajemen sekaligus Kepala Sektor Bisnis Mobilitas Bosch Markus Heyn menambahkan, pihaknya saat ini sedang mengembangkan perangkat lunak khusus bertajuk “eBrake to Zero”.
Teknologi ini memungkinkan mobil untuk berhenti secara otomatis dengan transmisi yang halus dan tanpa entakan. Ia berharap, fitur ini juga dapat membantu mengurangi risiko mual bagi penumpang yang berkendara dalam kecepatan tinggi.
“Kami memastikan pengalaman berkendara saat berhenti dan mulai kembali dengan lancar melalui perangkat lunak yang memberikan pengereman sehalus pengemudi profesional,” tandas Heyn.
Khusus untuk mobil niaga, Bosch menyediakan fitur Vehicle Health yang mampu mendeteksi kerusakan atau masalah pada mesin atau fitur. Laporan ini akan dianalisis dan dilaporkan melalui melalui platform digital bernama Bosch L.OS.
Sejalan dengan itu, Bosch juga bekerja sama dengan produsen komputer Qualcomm untuk membuat komputer khusus yang dapat menggabungkan fungsi infotainment dan fitur bantuan pengemudi dalam satu sistem.
Komputer ini diklaim dapat mengurangi biaya produksi mobil hingga 30 persen karena mengurangi jumlah komponen dan kabel yang diperlukan.
Selain itu, komputer kendaraan ini juga memungkinkan mobil untuk berkomunikasi dengan infrastruktur jalan dan kendaraan lain, sehingga dapat meningkatkan keselamatan dan efisiensi berkendara.
“Perusahaan telah berhasil menjual produk tersebut dengan nilai mencapai empat miliar Euro,” ungkap Heyn.
Agar perangkat lunak pada berbagai merek mobil dapat terkoneksi satu sama lain, Bosch juga menyediakan perangkat lunak perantara yang dibuat khusus oleh anak perusahaan Bosch, ETAS.
Perangkat lunak ini berfungsi sebagai jembatan komunikasi berbagai komponen kendaraan dan memungkinkan pertukaran data atau informasi meski komponen tersebut berasal dari produsen yang berbeda.
Baca Juga: Cocok Buat Industri Otomotif Bosch Rexroth Perkenalkan Kassow Robots, Ini Fungsinya
Dengan demikian, berbagai fitur dan fungsi kendaraan dapat bekerja sama secara optimal, meningkatkan pengalaman berkendara, dan membuka peluang baru untuk inovasi di industri otomotif.
“Saat ini, hampir semua mobil telah menggunakan suku cadang Bosch. Di masa depan, nantinya tidak akan ada mobil di jalan yang tidak dilengkapi dengan fitur dari Bosch,” kata Heyn.
Meski begitu, Hartung mengakui bahwa kunci keberhasilan bisnis tentu tidak luput dari kerja sama dengan berbagai mitra dan pihak ketiga.
Ia menekankan pentingnya kemitraan yang setara untuk menggabungkan keahlian lintas perusahaan, menghemat biaya, dan menciptakan solusi yang terstandarisasi, terutama dalam hal pengembangan perangkat lunak dan kecerdasan buatan.
“Hampir tidak ada perusahaan yang dapat mengelola ini sendiri. Kami menyoroti peran perangkat lunak sumber terbuka (open-source) dalam memfasilitasi kolaborasi dan inovasi di industri ini,” ujarnya.
Selain itu, Hartung juga menekankan pentingnya dukungan dari pemangku kebijakan, terutama dalam hal regulasi yang jelas dan pasti terkait kecerdasan buatan (AI).
Ia berharap, Undang-Undang AI yang baru dikeluarkan oleh Uni Eropa dapat segera diterjemahkan ke dalam standar yang jelas, sehingga tidak menghambat inovasi teknologi.