Ia mengatakan, anak-anak cenderung belum bisa melihat potensi bahaya dan belum bisa mengontrol emosi bahagia mereka.
Sehingga terkadang rasa bahagia tersebut dapat membahayakan nyawa mereka.
"Jangan jadikan hal itu (klakson telolet) sebagai hiburan buat anak-anak, karena jalan raya bukan tempat untuk bermain anak-anak," katanya.
Untuk meminimalisir kejadian yang sama terulang kembali, Sony mengatakan para sopir bus harusnya tidak perlu membunyikan klakson telolet di jalan raya, sekalipun anak-anak tersebut meminta.
Jika semua sopir tidak memberikan klakson telolet, secara otomatis anak-anak tidak akan memintanya lagi di jalan raya.
"Dalam hal ini dibutuhkan peran orang tua (sopir bus) untuk mengedukasi dengan cara tidak mengaktifkan klakson tersebut di depan anak-anak," jelasnya.
Lebih lanjut, Sony menyebut sopir bus belum bisa dinyatakan bersalah atas kejadian nahas ini.
Menurutnya, diperlukan penyeldikan atau investigasi mendalam oleh pihak kepolisian.
Namun, jika melihat rekaman CCTV yang beredar Sony memperkirakan posisi anak tersebut berada dalam titik buta atau blind spot saat menghampiri bus.
"Iya (posisi anak berada dalam blind spot)," tutup Sony.