Selain masih banyak inovasi yang bisa dilakukan, biaya juga jadi alasan mengapa aerodinamika menjadi medan 'perang' terbaru para pabrikan MotoGP.
"Biaya mengembangkan aero itu lebih sedikit ketimbang mengutak-atik mesin motor MotoGP, memodifikasi mesin itu sangat sulit," ujar salah satu perwakilan Aprilia di MotoGP pada kesempatan yang sama.
"Di sisi lain, aerodinamika adalah solusi yang lebih mudah dilakukan untuk mengembangkan performa motor," tambahnya.
Pengembangan aerodinamika ditambah konstruksi ban baru yang bisa mengatasi tekanan tambahan dari penggunann aero itu sendiri terbukti membuat motor MotoGP jauh lebih cepat.
Misalnya, Jorge Martin (Pramac Ducati) berhasil memecahkan rekor lap tercepat pada sesi Q2 kualifikasi MotoGP Qatar 2024 dengan waktu 1 menit 50,789 detik hanya dalam satu flying lap.
Waktu tersebut lebih cepat nyaris 1 detik dari rekor sebelumnya, yaitu 1 menit 51,762 detik yang dicetak Luca Marini pada sesi kualifikasi 2023 lalu.
Meski demikian, para pabrikan MotoGP tampaknya harus mencari celah lain untuk membuat motornya tetap kencang di masa depan.
Pasalnya, regulasi MotoGP untuk 2027 dipercaya bakal mempersempit ruang gerak para pabrikan dalam hal pengembangan aerodinamika.
Sehingga bisa dibilang kalau 'perang aerodinamika' yang saat ini terjadi di MotoGP sedang menuju titik akhir.
Menarik melihat apakah ada pabrikan yang bisa mengungguli Ducati sebelum regulasi baru MotoGP 2027 nanti bergulir.