Menggunakan alat ukur Racebox, akselerasi dari diam ke 60 km/jam butuh waktu 7,62 detik, sedikit lebih lambat dari Fazzio yang dapat 7,4 detik.
Selanjutnya untuk menempuh jarak 0-201 meter, Callisto 125 membutuhkan waktu 13,64 detik, identik dengan Fazzio yang dapat 13,7 detik.
Sedangkan akselerasi 0-402 meter memakan waktu22,4 detik, ini juga sama persis dengan Fazzio.
Performa tadi sejalan dengan torehan top speed yang didapat, di spidometer mentok hanya 92 km/jam, sedang di Racebox yang pakai satelit mencatatkan angka 88,8 km/jam.
Setidaknya spidometernya termasuk akurat, deviasinya termasuk kecil, hanya 3,6%.
Meski tergolong pelan tapi karakter penyaluran tenaganya pas dan cukup untuk penggunaan harian.
Dari berhenti sampai sekitar 20 km/jam terasa responsif, buat stop and go di kemacetan jadi terasa lincah, ketemu tanjakan berboncengan juga enggak khawatir gagal menanjak.
Namun, pada unit yang dites di kecepatan 20 km/jam ke 30 km/jam ada rasa agak tertahan dan muncul sedikit getaran di setang.
Setelah itu penyaluran tenaga akan naik secara linear secara cepat sampai sekitar 85 km/jam, dan akan naik perlahan lagi hingga kecepatan maksimal.
Yang bikin repot adalah ketika dipakai untuk rute keluar kota, karena kecepatan maksimal hanya 92 km/jam.
Saat melewati rute yang kosong dan lurus panjang, motor jadi terasa sangat pelan. Jadi memang lebih cocok untuk mobilitas dalam kota.
Sebagai nilai plus mesin ini terbilang halus, kecuali di 20-30 km/jam tadi. Sisanya sangat minim getaran. Pantas TVS sampai enggak perlu memasang bandul setang.
TVS Indonesia menjual Callisto 125 seharga Rp 21,7 juta (OTR Jakarta) untuk yang versi basic, dan Rp 22,3 juta (OTR Jakarta) untuk versi premium, perbedaan ada pada pilihan warnanya.
Data Tes:
0-60 km/jam: 7,62 detik
0-100 km/jam: -
0-201 m: 13,64 detik
0-402 m: 22,41 detik
Top speed di spidometer: 92 km/jam
Top speed di Racebox: 88,8 km/jam