Kecelakaan Bus Masih Sering Terjadi, Apa Solusi Pabrikan dan MTI?

Naufal Shafly - Selasa, 12 Maret 2024 | 19:00 WIB

Ilustrasi. Kecelakaan bus PO New Shantika, terjun dari Tol Trans Jawa hingga terbalik (Naufal Shafly - )

GridOto.com - Bus merupakan salah satu moda transportasi darat yang banyak digemari di Indonesia, karena harga tiketnya relatif murah dan fasilitasnya beragam.

Namun, mirisnya masih banyak oknum sopir bus nakal yang kebut-kebutan hingga menyebabkan kecelakaan.

Sadar betul akan maraknya kecelakaan bus di Indonesia, PT Daimler Commercial Vehicle Indonesia (DCVI) terus berupaya untuk mengurangi potensi tersebut.

Salah satu caranya adalah menyediakan teknologi keselamatan aktif, yang dapat membantu sopir bus untuk mengurangi potensi kecelakaan.

"Jadi sasis kami yang baru (O 500 RSD 2445), kenapa banyak fitur-fitur yang kami pasangkan? Fitur ini sifatnya aktif, kalau driver tidak mengikuti jalur yang normal, atau proses yang normal itu akan dieliminate oleh kendaraan," ucap Muhammad Thoyib, Bus Body Builder Advisor DCVI, di sela-sela pameran GIICOMVEC beberapa hari lalu.

Thoyib mencontohkan, dalam sasis O 500 RSD 2445 terdapat fitur Air Brake Assist (ABA) 5 yang berfungsi untuk membantu driver mengerem jika ada kendaraan di depannya.

"Jadi misalnya ada halangan berupa kendaraan atau apapun di depan, tapi kecepatannya tidak turun, itu sistem ABA 5 akan mendeteksi sebagai potensi bahaya makanya akan mengerem secara otomatis," ucap Thoyib.

Menurutnya, kendaraan komersial di Indonesia saat ini sudah membutuhkan fitur keselamatan aktif semacam itu.

"At least kami bisa membantu untuk mengurangi kecelakaannya. Itu salah satu poin pentingnya Kenapa kami mendatangkan produk-produk atau fitur yang selangkah lebih maju," terangnya.

Baca Juga: Mercedes-Benz Kritik Penggunaan Aksesori Lampu Tambahan, Bisa Bikin Bus Terbakar

Naufal/GridOto.com
Sasis bus double decker Mercedes-Benz O 500 RSD 2445.

Sementara, Yusa Cahya Permana selaku Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) wilayah DKI Jakarta mengatakan, kecelakaan bus di Tanah Air banyak disebabkan oleh faktor manusia atau human error.

"Sebenarnya bus ini trennya positif, sudah ada perbaikan kondisi. Bus AKAP dan bus perkotaan (angka keselamatannya) meningkat," jelas Yusa.

"Tapi mirisnya masih ada juga pelanggaran, 18 persen tidak punya izin, 47 persen buku KPS (kartu pengawasan) habis, 13 persen masa berlaku uji habis, ini risikonya adalah kendaraan beroperasi secara tidak layak," kata Yusa lagi.

Menurutnya, untuk mengurangi angka kecelakaan bis di jalan raya diperlukan kesadaran bersama dari semua pihak yang terkait.

"Dari sisi pabrikan, pengawasan di karoseri harus diperhatikan, ada pemantauan kualitas. Lalu dari sisi kendaraannya harus ada fitur tambahan, fitur keamanan dan keselamatannya harus sangat diperhatikan," jelasnya.

"Lalu literasi sopir soal keselamatan juga harus terus diedukasi, instansi pemerintah yang terkait harus menjalankan tugasnya dengan baik, dan aparat penegak hukum harus menindak setiap pelanggaran di jalan tanpa pandang bulu," tutupnya.