GridOto.com - Dunia Otomotif Tanah Air baru saja kehilangan sosok Toddy Andries yang dikenal sebagai salah satu tokoh balap legendaris.
Mendiang meninggal dunia pada Rabu (22/2/2024) pukul 01.23 WIB, berprofesi sebagai racing director atau pimpinan lomba sejak tahun 1980-an.
Sebelum jadi pimpinan lomba, Toddy sempat ikut berbagai macam olah raga bermotor, mulai gokart, road race, reli sampai balap mobil di sirkuit Ancol.
Pria yang mendapatkan penghargaan Lifetime Achievement pada MOTOR Plus Award 2014 tersebut juga merupakan orang Indonesia pertama yang punya licence untuk kejuaran dunia motocross dari FIM.
Dalam kisahnya yang dilansir dari Tabloid OTOMOTIF edisi 28 XXXI 18-24 November 2021, Toddy membagikan kisahnya saat diberi kesempatan mengambil lisensi internasional sebagai pimpinan lomba oleh ketua IMI saat itu, Hutomo Mandala Putera alias Tommy Soeharto.
“Saya diberi kesempatan mengambil licence untuk pimpinan lomba. Saya tanya sama dia, ‘Mas saya disuruh keluar ambil licence motocross buat apa? Kan motocross kita amburadul’. Dia tidak menjawab. Dia bilang pokoknya lu berangkat,” sebutnya.
Toddy sendiri didukung teman-temannya, seperti Dolly Indra Nasution. Karena waktu itu Indonesia sudah banyak sekali bikin balapan internasional.
Yang lucu, Toddy sempat salah kirim saat pertama kali pergi untuk mengambil licence. Pria kelahiran 1 Januari 1944 tersebut malah dikirim ke Inggris.
“Saat sampai di salah satu seminar, balapannya malah dirt race. Sampai di sana, apa ini? Dalam
hati saya, kalau juga saya lulus balap kayak gini mau di mana. Ternyata salah kirim,” kekeh Toddy.
Baca Juga: Kabar Duka, Achmad 'Feol' Riswan, Eks Pemred MOTOR Plus Wafat
Untuk yang kedua kali, Toddy diberi kesempatan lagi oleh Tommy.
“Dia bilang, oke yang kirim lo lebih bodo dari lo. Sekarang lo pilih sendiri mau ke mana,” kenang
Toddy sambil tertawa.
Setelah mencari-cari sendiri, akhirnya ia berangkat ke Italia untuk mengambil lisensi motocross dan supercross.
Mujur, setelah Toddy lulus ia terpilih menjadi anggota dari komisi motocross di FIM.
Tegas
Sebagai pimpinan lomba, Toddy dituntut untuk tegas.
“Saya strick, saya tidak kenal kamu, saya tidak kenal dia. Kamu berjalan baik saya diamkan, kamu salah saya cut. Itu yang menunjang karir saya di pimpinan lomba,” jelas Toddy.
Salah satu pengalaman yang berkesan, waktu diadakan kejuaran dunia motocross di Yogyakarta, Toddy beserta tim pernah mendiskualifikasi calon juara dunia motocross 125 cc.
Baca Juga: Soebronto Laras Hingga Akhir Hayat Tak Jauh Dari Dunia Otomotif
Karena pembalap asal Italia tersebut membuat kesalahan yang diketahui marshal lapangan anak
buah Toddy.
“Kesalahannya ada unsur tidak sengaja, tapi kalau di kejuaraan dunia tidak ada yang bisa bilang tidak sengaja. Jadi startnya kalau kejuaraan dunia bisa sampai 40 starter. Setelah start ada tikungan pertama balik arah ke kanan. Dia jalan dan masuk ke dalam, mengincar titik pengereman.” terangnya.
“Karena semua menuju titik yang sama, dia jadi kedorong tapi keluar ke jalur selanjutnya,” ujar Toddy sambil menerangkan posisi kesalahan si pembalap dengan tangannya.
Dalam peraturan motocross, baik kejurnas dan kejuaraan dunia, pembalap tidak boleh memotong jalur, sekecil apapun.
“Jadi kalau kedorong, dia harus berhenti. Balik ke tempat dia terlempar. Setelah rombongan
lewat baru ia jalan. Dalam motocross di mana Anda keluar dari jalur, Anda harus balik di titik
terdekat di mana Anda keluar di jalur yang awal,” tambah Toddy.
Dulu tidak ada kamera untuk membuktikan suatu pelanggaran, jadi pembalap yang bersangkutan
harus dipanggil untuk menghadap pimpinan lomba dan juri. Berikut marshall yang sedang bertugas di tempat sebagai saksi.
“Juri dari FIM meminta saya, ‘Tolong Anda tanya sama dia (marshal) dan tolong tidak ada
nego-nego. Kita tidak mengerti bahasa Anda tapi saya percaya bahwa apa yang dia bilang kamu
terjemahin’,’” ujar Toddy menirukan salah satu representatif dari FIM saat itu.
Karena ketegasan dan kecermatan, tim Indonesia (pimpinan lomba, marshal) waktu itu dapat pengakuan, salah satu tim yang terbaik di dunia.
Baca Juga: Kabar Duka Sudirman Bawarie, Tokoh Balap Nasional dan Ayah Pembalap Legendaris Tutup Usia
Setiap memimpin lomba Toddy akan bilang kepada anak buahnya semua pekerjaan berarti.
“Misal Anda hanya bawa bendera, itu bukan pekerjaan remeh karena berpengaruh dalam jalannya
lomba,” ujarnya.
Poin-poin tersebut akan diutarakan untuk memberi mereka dedikasi.
“Kalau kamu bilang kamu capek, saya juga capek. Kalau kamu bilang kepanasan, saya juga kepanasan. Saya bukan model pemimpin lomba yang duduk di dalam tenda sedangkan anak
buahnya kepanasan. Gue akan berdiri bareng sama lu orang di luar. Itu poin-poin saya yang membuat saya kuat di dalam memimpin suatu lomba,” jelasnya.
Setelah kejuaraan dunia itu, contoh tersebut ia bawa setiap memimpin kejuaraan nasional, sehingga meskipun hanya balap lokal, ketegasan ala world championship tetap ia terapkan.
Dirinya mengapresiasi balap motor saat ini, khususnya kejuaran dunia. Di mana peraturan kian ketat dengan penalti yang lebih modern.
Seperti long lap penalty yang ada di MotoGP. Ia menyayangkan kalau sekarang beberapa penyelenggara ada yang menggampangkan ikut balap tanpa KIS (Kartu Izin Balap).
Menurutnya sama seperti naik sepeda motor, harus punya SIM sebelum boleh naik motor.
Humanis
Dirinya menyebut kalau memimpin lomba bukan hanya bertanggung jawab dengan balapannya saja, tetapi secara keseluruhan.
Selain itu, kalau ada pembalap yang melakukan pelanggaran saat balapan, setelah balap diajak
bertemu dan ngobrol, dijelaskan soal salah dan benar. Sehingga tidak ada kesan buruk dan tidak diambil hati.
Atensi-atensi yang Toddy berikan membuat orang mengenalnya tidak hanya sebatas jadi pimpinan lomba. Mereka jadi lebih respect di dalam dan di luar trek.
“Saya selalu berprinsip bahwa yang saya adu adalah manusia, bukan kambing. Sehingga apa yang saya lakukan, yang pertama saya pikirkan adalah safety dari mereka dan penonton,” rinci
pria yang suka mengendarai motor sendiri ini.
Dirinya juga memberi masukan untuk generasi muda yang ingin menjadi pemimpin lomba. Kalau
jadi pimpinan lomba, jadilah orang yang punya martabat bahwa Anda tidak boleh pilih kasih.