"Aku merdeka darinya di usia 17, aku mengikutinya sedikit, dalam hal perfeksionisme, aku bahkan meningkatkannya lagi," sambungnya.
"Aku mempelajari yang terbaik, aku membeli biografi Mick Doohan, Kevin Schwantz, lewat Google dan YouTube, aku belajar banyak dengan menonton video dan berita balapan," jelasnya.
Lorenzo pernah menemui masa-masa sulit, ketika kedua orang tuanya memutuskan bercerai karena karakter ayahnya yang sangat keras.
Ketika saudarinya memilih ikut sang ibu, Lorenzo malah ikut ayahnya.
Ia tak suka ayahnya, tapi menurutnya hanya cara ayahnya itulah yang bisa membawanya menjadi bintang di dunia balap.
"Orang tuaku cerai ketika usiaku 10 tahun, aku bisa memilih ikut ibuku atau ayahku. Saudariku ikut ibuku, tapi aku ikut ayahku," sebut sang legenda.
"Itu bukannya karena tidak sayang, tapi aku tahu hanya ayahku yang bisa membawaku menjadi juara dunia. Dengan ibu, karier balap motorku berakhir," jelasnya.
Meski tidak suka dengan sang ayah, pria 37 tahun ini tetap menilai sang ayah sebagai pelatih yang hebat.
"Aku menyebut ayahku sangat pintar. Jika bukan yang terbaik, maka ia salah satu pelatih balap terbaik. Tapi ia punya masalah karena sangat menuntut dan seperti sersan, pada akhirnya anak-anak tak bisa mengikuti keinginannya," tegasnya.
Baca Juga: Tak Cuma Pertamina Enduro, Logo Pertamina Ini Juga Nampang di VR46 Racing Team
"Jadi para murid memilih pergi karena ia tangan besi, tapi aku tak punya pilihan lain untuk bisa menjadi juara dunia. Jadi aku tinggal dengannya," sambung Lorenzo.
Saat minggat di usia 17 tahun, Lorenzo memilih tinggal dengan teman manajer pribadi pertamanya.
Di sana terjadi pertengkaran hebat antara ayahnya dan sang manajer, karena sang ayah terus mencampuri urusan sang putra.
"Ada episode di mana ada konferensi pers yang sangat buruk, sampai aku tak berbicara dengan ayahku selama enam atau tujuh tahun," ungkap Lorenzo.
"Ayahku terus mengkritik manajer dan pelatihku, mengatakan hal buruk, ia mengatakan bahwa mereka menculikku dan memanfaatkanku. Jadi itu awal aku merasa jatuh dan merasa buruk dengannya," tegasnya.
Saat itu kepala Lorenzo mau pecah, gara-gara ayah dan manajernya terus berantem saat ia bertarung dengan Andrea Dovizioso di 2006 silam.
"Di hari Minggu aku menang. Karena keberanianku, aku melewati semua orang di lap terakhir. Kemudian melewati Dovizioso dan pada akhirnya menang juara," jelasnya.