Gridoto.com - "Technology should serve people. Regardless of sophistication, any technology that cannot make people happy is not truly technology. If it makes people happy than Honda should apply it limitlessly" (Soichiro Honda)
Demikian tulisan di booth Honda Prospect Motor di gelaran GIIAS 2023 Agustus lalu.
Penulis membaca kalimat itu tiap kali melintas di sisi booth Honda yang berseberangan dengan booth Subaru tersebut.
Menyebut Honda, pikiran penulis tertuju pada motorsport dan produk sport yang merupakan DNA produk Honda.
Enggak salah, jargon yang penulis terima dari Honda adalah tak ada sport tak ada produk Honda.
Tapi di sini kita tak sedang bahas Honda Civic dan kawan-kawan, melainkan sedang tertuju pada saudaranya di industri roda dua.
Di mana PT Astra Honda Motor (AHM) jadi sorotan publik sehubungan aneka kasus rangka karat, keropos hingga patah.
Rangka yang dilabel eSAF atau enhanced Smart Architecture Frame ini menuai perhatian karena beredarnya foto, video yang menunjukkan rangka untuk motor Honda BeAT, Genio, Scoopy dan Vario 160 tersebut keropos dan patah.
Jurnalis Otomotif Group Kompas Gramedia pun tak henti memberitakan kasus ini, hingga menemui bengkel yang bersedia membongkar sasis ini.
Publik seperti mendapat angin segar, seolah-olah uneg-uneg mereka selama ini menemukan jalur yang semestinya mencuat lewat media massa, tak melulu menyimak via tayangan media sosial.
Menelisik lebih jauh termasuk apa yang AHM lakukan, apa yang terjadi dengan rangka eSAF menurut penulis merupakan kasus teknis.
Di mana persoalan rangka motor berhubungan dengan rancang bangun, bukan persoalan miskomunikasi atau mispersepsi semata.
Jadi sulit rasanya meredam kasus ini hanya mengandalkan komunikasi dari divisi komunikasi perusahaan dalam hal ini Corporate Communication, Public Relations atau sebutan lainnya.
Ingat, lewat komunikasi kita dapat mengemas pesan agar terlihat elok, menutupi kekurangan yang ada atau bahkan bisa membalik persepsi publik.
Namun komunikasi sebagai sebuah cara, tentu tak dapat menutupi fakta bahwa di balik sebuah peristiwa atau kasus, ada esensi atau inti permasalahan.
Nah, di titik inilah inti kasus ini melampaui kemampuan dan kapabilitas divisi komunikasi perusahaan.
Konteks kasus ini adalah teknikal bukan salah komunikasi yang bisa diiringi kata ralat. Apalagi publik sudah sangat paham apa yang terjadi, yakni rangka karat, bukan sekadar rangka dilabur silikat.
Di sini, yang mestinya berbicara adalah orang-orang yang bertanggung jawab penuh terhadap persoalan teknis di balik pembuatan rangka sepeda motor.
Juga melibatkan unsur legal perusahaan agar bersedia minta maaf dan menerima penggantian rangka yang terindikasi karat atau keropos.
Tentu semua ini ada harganya.
Namun mengingat perlunya tindakan cepat dan keberlanjutan usaha untuk mengembalikan kepercayaan publik, rasanya langkah ini perlu dilakukan.
Lantas mengapa rangka eSAF menjadi kasus besar?
Dari sekian banyak jawaban, salah satu jawabannya boleh jadi AHM khilaf meneladani filosofi yang digaungkan pendiri Honda, yakni kalimat di pembuka artikel ini di atas.