Nakagami memilih mengakhiri kompetisi lebih awal demi menjalani operasi, akibat cedera bahu yang sudah lama dideritanya.
Keputusan Nakagami itu menjadi berkah buat Zarco, yang kemudian mendapat telpon dari Lucio Cecchinello dengan restu manajemen Honda.
Tanpa pikir panjang, juara Moto2 dua kali ini menyanggupi panggilan Cecchinello untuk balapan bersama tim LCR Honda di tiga seri tersisa.
Meski hasil finisnya tidak istimewa, pembalap asal Prancis ini dianggap menunjukkan kemampuan adaptasi yang tinggi di atas RC213V yang saat itu terkenal buas.
Manajemen Honda sempat akan kepincut merekrut Zarco, untuk menggantikan Jorge Lorenzo yang memutuskan pensiun secara mendadak.
Sayangnya HRC akhirnya memilih Alex Marquez untuk diduetkan dengan kakaknya di tim Repsol Honda.
Peluang Zarco tak berhenti di situ, karena ternyata diam-diam Ducati juga terkesima dengannya berkat tiga seri bersama tim LCR Honda itu.
Ducati pun akhirnya berhasil merekrut Zarco dan kemudian menempatkannya di tim Avintia (Esponsorama) bersama Tito Rabat.
Manajemen tim Borgo Panigale bahkan rela mendepak Karel Abraham, demi memberikan tempat ke pembalap yang terkenal dengan gaya saltonya itu.
Sang pembalap pun menemukan kembali performa terbaiknya saat naik membela tim Pramac Racing hingga 2023 ini.