Ada juga lini Citroën 2CV yang pernah menjadi salah satu kendaraan paling populer pada masanya. Unit 2CV Hermès yang merupakan hasil kolaborasi Citroën dengan brand mewah Hermès pada 1989 juga bertengger di museum itu.
Citroën juga bisa dibilang tak kalah ketinggalan soal teknologi. Sejak 2008, pabrikan Citroën sudah merilis mobil listrik yang diberi nama Citroën Berlingo Venturi.
Selain itu, kiprah Citroën di dunia balap juga diabadikan di Conservatoire Citroën. Sejumlah mobil yang dikembangkan tim Citroën Racing juga dipajang di sana, seperti Citroen C3 yang mengaspal di World Rally Championship (WRC) 2019 hingga Citroen ZX Rally yang bertanding di Paris-Dakar.
Conservatoire Citroën juga menampilkan berbagai lini kendaraan Citroën baru yang dijual untuk pasar Eropa, seperti Citroën C5 Aircross PHEV, ë-C4, ë-4X, C5X, dan Citroën Amy.
Citroën juga turut memamerkan inovasi mobil di Automotive Design Network Stellantis yang lokasinya berada di Velizy, Prancis. Di sana, Citroën mengembangkan mobil konsep yang diberi nama Citroën Oli (dibaca: all-ë --red).
Citroën Oli punya desain eksterior yang minimalis, tetapi tetap tampak kekar berkat ukuran ban yang cukup besar. Meski bannya besar, saat tim GridOto menjajal menyetir mobil tersebut, bobot setir tetap terasa ringan. Bantingan suspensinya juga cukup lembut khas mobil Citroën.
Sensasi berkendara dengan performa jempolan
Selain melihat koleksi mobil Citroën, tim GridOto juga berkesempatan untuk berkeliling Kota Paris hingga Evreux dengan mengendarai beberapa lini Citroën. Di antaranya, mobil listrik ë-C4, ë-C4 X, C5 Aircross, C5 Aircross PHEV, dan C5 X PHEV.
Secara spesifikasi, beberapa model kendaraan yang dipasarkan di Eropa ternyata berbeda dengan di Indonesia. Untuk model C5 Aircross, misalnya, di Eropa menggunakan mesin Puretech Turbo berkapasitas 1.200 cc dan bertenaga 130 dk.