Baca Juga: Tukang Kempesin Ban Ketar-ketir, MotoGP Terapkan Hukuman Berat Mulai Silverstone
"Saat itu aku masih 19 tahun dan aku tak menerimanya dengan baik," ungkapnya, seperti dilansir GridOto.com dari Sky Media Italia.
"Tapi ketika aku semakin dewasa, aku mengatakan pada diriku bahwa aku hanya melakukan tugasku secara jujur ke Vale dan untuk olahraga ini," jelasnya.
Ia dianggap hanya sebagai 'pesuruh', bahkan ada yang menyebutnya sebagai 'parasit' yang hanya numpang tenar dan mengambil keuntungan saja.
"Namun setelah itu aku mampu mengontrol kepalaku dan terus melanjutkan tugasku. Terima saja, sosok 'Uccio' ini juga sudah ada kok sebelum aku," sambungnya.
"Dulu Biaggi juga punya 'Uccio', Kevin Schwantz juga, dan banyak rider lainnya. Tapi sangat mengganggu ketika orang aku disebut parasit, penjilat Vale. Tapi untungnya ada juga yang menyebut sebagai asisten," tegasnya.
Meski bersedia dipanggil asisten, ia menilai perannya masih jauh lebih besar dan lebih rumit dari itu.
Selain menyediakan seluruh kebutuhan sang legenda, ia juga harus siap menjadi teman curhat, motivator, bodyguard, dan banyak peran lainnya.
Apapun yang dirasakan Rossi dalam sebuah balapan, Uccio mau tak mau juga merasakan hal yang sama.
Dari mulai seseorang yang menemani sahabatnya balapan, Uccio dan Rossi saling bergantung satu sama lainnya sampai urusan perut.
Setelah kesuksesan sebagai juara dunia sembilan kali, Rossi pun tak melupakan peran sang sahabat yang kini menjabat banyak posisi di perusahaan milik VR46.