Selama proses elektrolisis, dengan aliran listrik unsur kimia air H2O dipecah menjadi H2 (Hidrogen) dan O2 (Oksigen).
H2 yang terambil berupa gas murni bertekanan yang dimanfaatkan sebagai energi pembakaran.
"Gas hidrogen masuk lewat intake mesin mobil, bercampur dengan oksigen dari udara menjadi HHO (Oxyhydrogen)," terang Rudy.
HHO adalah gas hidrogen dari hasil elektrolisis yang bergabung kembali dengan oksigen dari udara dan memiliki sifat mudah terbakar.
Menurut Rudy, mobil saat ini punya sistem komputer yang bisa mengatur pengabutan bahan bakar berdasarkan aliran udara yang mampu menghasilkan pembakaran.
"Jika dari aliran udara intake yang masuk sudah cukup memberikan kompresi pembakaran di ruang bakar, maka debit pengabutan bahan bakar dari injektor bisa lebih sedikit," jelasnya.
"Dalam penggunaan FWH, aliran udara yang mengandung HHO sudah cukup membantu menyempurnakan kompresi pembakaran sehingga konsumsi bahan bakar lebih sedikit," terusnya.
Di sinilah klaim Rudy yang membuat konsumsi bahan bakar bisa lebih efisien.
Ia mengklaim efisiensi konsumsi bahan bakar dari penggunaan FWH bisa mencapai 80 persen.
"Perbandingan gas hidrogen 50:50 bahan bakar efisiensi konsumsi bahan bakar bisa 80 persen, mobil yang awalnya 10 km/liter bisa jadi 18 km/liter," klaimnya.
Disamping efisiensi bahan bakar yang bisa didapat penggunaan FWH juga diyakini Rudy bisa menghasilkan tenaga 2 kali lipat lebih besar.
"HHO adalah unsur gas mudah terbakar dengan kekuatan ledakan besar, tenaga yang dihasilkan pembakaran mesin lebih tinggi," jelasnya lagi.