GridOto.com- Sertifikasi berkendara pembuatan SIM mobil memunculkan polemik di masyarakat.
Pro-kontra terkait dengan penerapan kebijakan yang sejatinya sudah lama diberlakukan.
Terhadap sertifikasi berkendara ini sejumlah pakar safety driving mengatakan setuju dengan penerapannya.
Hal ini terungkap dalam ngobrol santai GridOto.com bersama Wijaya Kusuma Subroto, Sony Susmana serta Joel Deksa Mastana di Kantor Gridoto.com, minggu lalu.
Sejumlah pakar menyoroti dalam sertifikasi ini akan menilai soal kelayakan seseorang menjadi pengendara.
"Berkendara bukan sekadar skill, tetapi etika dan mindset," konpak Wijaya Kusuma dan Sony.
Pakar safety driving ini memahami bahwa berkendara itu merupakan aktivitas berbahaya.
"Bisa berakibat fatal, bukan hanya bagi dirinya saja tetapi juga orang lain," tambah Joel.
Karenanya diperlukan sebuah cara untuk mengetahui kompentensi seseorang dalam berkendara.
Baca Juga: Heboh Bikin SIM Harus Ada Sertifikasi Kompetensi
Menurut Wijaya serangkaian pelatihan berkendara dan pengujian baik dari sisi ketrampilan dan etika akan meningkatkan kompetensi pengendara.
"Diharapkan dengan meningkatnya kompetensi pengendara dapat meminimalkan bahaya," jelasnya.
Namun, di sisi lain ketiganya menyoroti soal pelaksanaan pelatihan kompetensi berkendara.
Menurut ketiganya masih ada kendala mengenai pelaksanaan uji kompetensi.
"Terkait dengan proses alur sertifikasi," jelas ketiganya.
Seperti lembaga yang melakukan akreditasi, termasuk nanti soal biayanya.
Menurut Wijaya, saat ini banyak lembaga yang telah memiliki akreditasi dari Kemenaker dan Kemendikbud.
"Lembaga-lembaga yang telah malang melintang dalam dunia pendidikan ini harus diikutsertakan. Mereka memiliki kompetensi puluhan tahun dalam melakukan assesement terhadap pengendara," ungkapnya.
Soal biaya juga menjadi perhatian, jangan sampai sertifiksi kompentensi hanya sekadar stempel formalitas saja dengan memungut sejumlah biaya kepada calon pembuat SIM.