"Polusi di Jakarta sudah parah, masyarakat harus mengubah kebiasaannya dengan naik transportasi publik dan meningkatkan aktivitas fisik," ungkap Kartini.
Kartini melanjutkan, aktivitas fisik untuk kesehatan dilakukan dengan intensitas sedang antara 4 sampai 5 kali per minggu selama minimal 30 menit.
"Aktivitas fisik ini misalnya bisa dilakukan saat berjalan kaki menuju layanan angkutan umum misalnya dari stasiun ke tempat pemberhentian bus,” jelas Kartini.
Pemerintah DKI Jakarta sendiri mengakui bahwa kualitas udara di Ibu Kota memang tengah menurun, salah satunya diperparah oleh musim kemarau.
Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, rata-rata konsenterasi polutan PM 2,5 di Jakarta pada Mei 2023 adalah 50,21 mikrogram per meter kubik.
Angka tersebut jauh lebih tinggi dari panduan kualitas udara dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menyebutkan bahwa ambang batas rata-rata polutan PM 2,5 per harinya adalah 15 mikrogram per meter kubik.