Pria 38 tahun itu kabarnya sengaja menolak Honda, karena ingin balas dendam dan ingin membela tim lain meski jadi test rider.
Sayangnya Lin Jarvis Cs kurang memperjuangkan Pedrosa, yang akhirnya memilih bergabung dengan kubu Austria.
"Yamaha selalu menghormati Dani, begitu juga aku. Meski begitu, kami memang selalu memilih opsi lain meski ia sedang longgar," kata Jarvis dilansir GridOto.com dari Speedweek.
Namun pria asal Inggris itu menyangkal bahwa keterpurukan Yamaha, karena tidak melepaskan peluang merekrut The Little Samurai.
"Ketika Dani pensiun setelah 2018, kami memilih Jonas sebagai pembalap tes. Ia punya umur, kecepatan dan tahu M1 sejak 2017. Setahun setelahnya kami merekrut Jorge," sambungnya.
"Fabio meminta kami mengganti Jorge, aku sepakat. Kami sangat senang dengan Cal, ia pekerja keras, ia masih cepat dan ia menjelaskan dengan tepat bagaimana rasa motornya," jelasnya.
Sang Manajer menegaskan, masalah motor Yamaha bukan karena test rider melainkan para insinyurnya.
"Aku tak berpikir masalah kami karena test rider. Kami bermasalah dengan teknis dan pengembangan. Test rider tidak bertanggung jawab soal desain motor," tegas Jarvis.
"Hanya orang tak tahu yang biang test rider punya dampak besar ke pengembangan motor. Memang betul test rider kencang di trek bisa memberikan opini. Tapi sisanya itu di tangan insinyur," paparnya.