Sistem S-cam brake ini bekerja kalau tekanannya di atas 6 bar, namun begitu tekanan di bawah 6 bar, maka otomatis akanl angsung mengunci dengan sendirinya alias berhenti.
S-cam ini memiliki tingkat keselamatan yang lebih tinggi karena memakai 2 valve dan spring type chamber.
Sementara itu, menurut Irwan Supriyono yang saat itu menjabat Executive Officer Service & Part PT Hino Motors Sales Indonesia (HMSI) menyatakan, kemungkinan rem blong yang terjadi pada bus Karunia Bakti karena maintenance yang tidak diperhatikan.
"Terutama pada kampas rem sebagai komponen utama. Setiap 5.000 km harus dilakukan pengecekan. Juga bisa disebabkan saluran oli dan angin sudah kotor," ujar Irwan.
Menyangkut masalah timbul dari kampas rem, itu bisa terjadi karena keausan dari ketebalan kampas rem, atau faktor eksternal yang digerakkan dari oli.
Irwan menyarankan dilakukan perawatan rutin hingga celah kampas rem, dan juga tidak sekadar menambahkan oli, melainkan pengecekan hingga salurannya. Karena, percuma saja oli ditambahkan terus kalau yang terjadi kebocoran.
Soal pemakaian kampas rem terbuat dari bahan limbah, PT HMSI selaku agen pemegang merek Hino di Tanah Air, tidak merekomendasikannya.
Baca Juga: Sering Disalahkan, Ini Sederet Bukti Kecelakaan Bus Masuk Jurang di Guci Bukan Ulah Anak Kecil
"Secara performance, tidak ada masalah kampas rem dari bahan limbah. Karena juga sudah digunakan bertahun-tahun. Secara harga sampai separuh lebih murah. Tapi secara kesehatan tidak baik karena terbuat dari bahan yang tidak higienis," jelas Irwan.
Selain sistem air over hydraulic yang sudah dianggap konvensional dan hadirnya S-cam brake full mechanical, tingkat keselamatan kendaraan pada waktu itu harusnya sudah mumpuni karena teknolgi ABS (anti-lock braking system).
Peranti itu merupakan standar keselamatan kendaraan sesuai dengan Euro 2. Sedangkan dari bahannya, kampas rem dibuat dari bahan asbestos dan non-asbestos