"Busyet langsung bunuh RM-nya, apa ga mematikan si pedagang? Kalau biasa masuk rest area di momen khusus seperti mudik/lebaran harga selangit hal yang wajar. ART pulang dan pasar tutup harga makanan juga tetiba bisa naik," tulis seorang netizen.
Namun seorang netizen lainnya membalas, ada baiknya jika pedagang menaikkan harga perlu menuliskan di daftar sehingga calon pembeli tidak merasa tertipu.
"Untuk penjual lebih elok kalau pasang daftar menu dan harganya, biar sama-sama tahu," kata netizen tersebut.
Balasan beragam pun datang dari netizen yang pernah kena getok harga Lebaran di berbagai rumah makan rest area tol.
"Saya kemarin Indomie rebus, kopi sachet, suhe, gorengan 1 abis 75 ribu. Di rest area Cipali juga yang ada minuman jahe," ungkap seorang netizen.
"Pernah nyoba makan makanan non franchise di beberapa rest area tol merak - surabaya saat liburan tahun lalu, KAPOK," tulis netizen lainnya.
Dari kolom reply Sigit, diketahui juga kalau praktik getok harga tak hanya terjadi di musim libur Lebaran, hari biasa pun kerap terjadi.
"Pernah ngalamin waktu liburan bareng keluarga, padahal bukan lagi libur anak sekolah atau libur lebaran, harganya harga getok emang warung-warung di rest area Cipali. Sejak saat itu kapok, mending makan di resto yang pasti pasti aja, pasti harganya pasti rasanya," ungkap seorang netizen.
Buat yg sedang istirahat di rest area KM 86A Cipali dan ingin ngirit, saya sarankan jgn makan di sini. Dua porsi nasi ayam dan teh dalam kemasan harganya Rp 155.000 dan penjualnya ngotot dibayar setelah makan.
— Sigit Widodo (@sigitwid) April 22, 2023
Tapi kalau sdg mau beramal saat lebaran, ya boleh aja. ????#Mudik2023 pic.twitter.com/l54lJx5GNi