"Bagiku, ada masalah lebih dari sekadar agresivitas di trek saat di Portimao, karena dia benar-benar di luar kendali sejak awal," sambungnya.
"Dia terlihat seperti seseorang yang belum pernah mengendarai motor sebelumnya, itu bukan dia," lanjutnya.
Mungkin saja ada tekanan mental dari publik yang berhubungan musuh bebuyutannya, Valentino Rossi, khususnya soal jumlah gelar juara dunia.
Terbukti sejak gelar kedelapan pada tahun 2019, Marquez belum menambah satu gelar pun untuk menyamai jumlah juara dunia milik The Doctor.
Mungkin saja ambisi besar sang rider terbentur dengan kemampuan motor sehingga dia terlalu ngotot dan membuat semua jadi kacau seperti tiga tahun terakhir ini.
"Tekanan sembilan gelar Rossi ingin dikalahkannya, tapi kali ini dia butuh psikolog. Jika kau mau membuat trek lebih aman, bikin gravel yang halus. Tapi kau tak bisa membiarkan orang yang terus memikirkan gelar Rossi lepas kendali," ungkapnya.