“Benar, ada di berbagai pelosok dengan berbagai merek. Tentu saja oli yang dipalsukan yang mudah dijual kepada masyarakat,” bilang Sigit.
Pengurus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Agus Suyatno berbicara mengenai pemalsuan ini.
Menurutnya pemalsuan ini sangat merugikan masyarakat.
“Produsen dan pihak kepolisian harus menindak tegas pemalsuan ini, pengguna yang paling dirugikan dalam hal ini,” jelasnya.
Produsen Aspelindo yang menguasai hampir 80 persen pasar oli nasional jadi sasaran empuk para pemalsu.
Total jumlah produksi Aspelindo mencapai hamper 400 ribu kiloliter.
PT Pertamina Lubricants (PTPL) sebagai market leader jelas jadi produk yang paling menggiurkan untuk dipalsukan.
Dengan pangsa pasar berkisar 40-50 persen jumlah produksi pabrik pelumas pelat merah ini sekitar 160-200 ribu kilo liter.
Sigit Pranowo yang juga Direktur Operasional PTPL mengakui adanya pemalsuan terhadap Pertamina Lubricants.
Pihaknya selalu melakukan berbagai hal agar masyarakat terhindar dari dampak pemalsuan ini.
“Sosialisasi pembelian di lokasi resmi, hingga penggunaan teknologi terkini agar produk kami tidak mudah untuk dipalsukan,” ungkapnya.
Dia berharap masyarakat berhati-hati dalam membeli pelumasan.
“Kami melakukan kerjasama dengan pihak Kepolisian untuk meminimalkan pemalsuan oli,” tutupnya.