“Misalnya, di tambang mungkin dipakai tiga tahun, tapi di logistik mobil itu bisa dipakai 10-15 tahun," ucap Moses.
"Dipakainya jauh lebih lama daripada proses pembeliannya, dan itu merupakan titik krusial Isuzu akan dipercaya konsumen ke depannya atau tidak,” sambungnya.
Semenjak diterapkan pada 2018 silam, Moses mengklaim bahwa strategi Double Striker tersebut sukses mendongkrak kepuasan konsumen dan harga jual kembali mobil-mobil niaga Isuzu.
Ia menjabarkan bahwa di beberapa kota di mana Isuzu mempunyai penjualan yang baik, harga jual mobil bekas mereka hanya 10 juta di bawah kompetitor.
Jauh lebih baik dibandingkan pada 2015 atau 2016 lalu, di mana nilai jual mobil-mobil bekas Isuzu bisa Rp100 juta lebih murah dari kompetitor.
“Tipe-tipe kendaraan pertambangan yang dulu Rp150 juta di bawah kalau sekarang mungkin tinggal Rp30 juta,” ungkap Moses.
“Di kota-kota seperti Yogyakarta, Solo di mana kami nomor satu untuk Isuzu Elf dan Traga, harga jual kembali kami bahkan sudah lebih tinggi dibandingkan kompetitor,” tutupnya.