Misal, saya harus ke kantor, sekali perjalanan berangkat 25 km, lalu ada rencana dari kantor ke monas artinya ada tambahan 5 km, lalu pulang lagi ke rumah sekitar 30 km, totalnya 60 km.
Kalau range jarak tempuh motor listrik yang kalian punya hanya 60 - 70 km sebaiknya cari tempat untuk charging di tengah perjalanan. Atau biasa sampai kantor saya ngecas ulang baterai motor listriknya.
Atau ketika ke Bogor naik Alva One, saya sudah memperkirakan akan berhenti di suatu lokasi yang cukup lama, untuk charging ulang baterai sampai penuh.
Dan saya ingatkan jangan pernah terlalu percaya diri dengan jarak tempuh klaim dari pabrikan motor listrik.
Umumnya angka yang dipublikasikan adalah hasil pengetesan dengan pilihan riding mode paling pelan hehe. Kalau cuma jalan 35-40 km/jam misalnya waduh.. pasti gemes gak bisa nyalip-nyalip.
Sedangkan jika menggunakan riding mode yang paling cepat, dipastikan akan sangat cepat turun konsumsi baterainya.
Untungnya ada beberapa motor listrik yang bisa menampilkan perkiraan range berbeda sesuai range yang digunakan.
Selain itu ada juga yang perkiraan jarak tempuhnya tidak sesuai dengan klaim, bisa karena sistem yang kurang presisi, atau karena kondisi baterai health-nya yang sudah tak lagi sepenuhnya sehat.
Proses mengkalkulasi ini sangat penting mengingat jarak tempuh yang terbatas dan proses charging baterai yang masih cukup lama. Bisa 3 sampai 4 jam hingga 80 atau 100%.
Sayangnya, hingga saat ini belum ada aplikasi smartphone connected di motor listrik yang bisa mengintegrasikan antara perkiraan jarak tempuh motor listrik dengan rute yang akan kita lalu sehingga tidak perlu menghitung manual.
Next bisa jadi masukan buat semua produsen motor listrik, silahkan berlomba-lomba menambahkan fitur tersebut.
Oiya kalau hanya untuk keperluan jarak dekat putar-putar komplek, ke mini market depan gang atau antar anak sekolah yang jaraknya beberapa km saja, adaptasi ini rasanya belum perlu dilakukan ya hehe.