GridOto.com - Menjelang dimulainya musim balap F1 2023, Presiden FIA, Mohammed Ben Sulayem, dianggap beberapa pihak membuat suasana dalam lingkungan F1 memanas.
Mohammed Ben Sulayem dianggap menjadi penyebab perpecahan antara FIA dan F1, termasuk di kalangan tim balap.
Bahkan, ada tim bos tim yang menyebut bahwa semua orang sedang menginginkan Mohammed Ben Sulayem untuk pergi.
"Semua orang berpikir bahwa dia harus pergi," kata salah satu bos tim F1, yang tak mau disebutkan namanya, dilansir GridOto.com dari BBC.com.
"Itu jelas sudah menjadi pandangan umum," jelasnya.
Sejak kepemimpinannya di awal 2022 lalu, Ben Sulayem memang sudah berada di posisi yang tidak bagus untuk mulai memimpin federasi.
Ben Sulayem mendapat warisan masalah dari pengurus lama, karena langsung dihadapkan dengan kontroversi F1 Abu Dhabi 2021.
Keputusannya untuk menyelesaikan kontroversi tersebut tentu tidak bisa memuaskan semua pihak.
Solusi dua race director dan beberapa keputusan balapan di F1 2022 juga tak berakhir dengan sempurna.
Baca Juga: Bocor, Ford Hampir Dipastikan Gabung Tim Red Bull Racing di F1 2026
Ada beberapa kejadian di mana race director tak dianggap bekerja dengan baik, dengan beberapa keputusan kontroversial sepanjang F1 2022.
FIA juga membuat aturan baru agar para pembalap lebih menjaga sikap politiknya di depan media, dan hal itu membuat banyak pembalap geram.
Para pembalap harus berkonsultasi dengan federasi dulu sebelum membuat pernyataan ataupun sikap tertentu.
Selain itu, masalah Andretti dan Cadillac yang mau masuk F1 menambah tanggapan negatif dari tim-tim F1 ke FIA.
Ben Sulayem dianggap secara sepihak mengambil langkah untuk menerima Andretti Cadillac, padahal tim-tim dan F1 sendiri tidak bersedia.
Masalah kembali runyam saat terdengar Arab Saudi dikabarkan memberikan penawaran kepada Liberty Media untuk membeli F1.
Pria Uni Emirat Arab ini mengomentari tawaran Arab Saudi yang besar tersebut sebagai nilai tawaran yang terlalu besar, meski ditolak Liberty Media.
Liberty Media selaku pemilik balapan jet darat ini, menilai Presiden FIA agak kelewatan karena menyebut nilai bandrol F1 ataupun tawaran Arab Saudi terlalu besar.
Media barat pun kemudian mengungkit statement lama berbau sara yang pernah diucapkan mantan pereli ini 20 tahun silam.
Nama pria 61 tahun ini pun kini semakin dipandang negatif oleh orang-orang di F1 dan itu bukan hal bagus.