Berbagai Mitos Isi BBM yang Membuat Banyak Orang Salah Kaprah

Nana Triana - Senin, 9 Januari 2023 | 16:30 WIB

Banyak orang percaya akan mitos-mitos yang beredar di tengah masyarakat terkait pengisian BBM. (Nana Triana - )

Kehabisan bensin memang benar dapat menyebabkan kendaraan mogok. Namun, tidak menyebabkan kerusakan mesin. Terdapat juga mitos bahwa ketika bensin terlalu sedikit, tangki bahan bakar bisa masuk angin. Hal itu keliru karena saat ini kebanyakan kendaraan telah mengadopsi sistem injeksi. Sistem ini dilengkapi regulator yang mengatur tekanan bahan bakar. 

Baca Juga: 3 Tips Memilih BBM agar Tetap Irit dan Mesin Bertenaga  

Pada situasi terburuk, yakni saat bensin di tangki habis dan tekanan fuel pump atau pompa bensin turun dari normal, regulator memberikan sinyal ke Electronic Control Unit (ECU) untuk memerintahkan fuel pump berhenti bekerja.

Ada juga yang menyebut jika sisa bensin sedikit maka kotoran di tangki dapat tersedot dan membuat filter bahan bakar cepat kotor dan saluran tangki tersumbat. Perlu diketahui, hampir semua mobil dengan sistem injeksi menyedot bahan bakar di bagian terendah tangki bensin.

Mengapa demikian? Di beberapa negara Eropa dengan suhu yang sangat dingin, sering terjadi bensin di tangki membeku. Biasanya yang paling pertama membeku di bagian atas seperti layaknya air di danau yang membeku terlebih dahulu di bagian permukaannya.

Begitupun dengan mobil, meski bensin di permukaan membeku biasanya bagian dasarnya masih cair. Jadi kalau tangki bensin Anda kotor, saat tangki penuh bensin pun kotoran bisa saja tersedot ke saluran bensin.

Baca Juga: Wajib Tahu, Ini Beberapa Faktor yang Bisa Bikin Kendaraan Boros BBM!  

3. Isi bensin beroktan tinggi dapat tingkatkan top speed

Banyak yang percaya bahwa dengan menggunakan BBM  beroktan lebih tinggi maka pembakaran juga akan lebih bagus.

Jika pembakaran lebih bagus maka performa mesin pun juga akan lebih meningkat dibandingkan menggunakan bensin yang biasanya. Padahal, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Sebaliknya, menggunakan bensin dengan oktan lebih tinggi dari yang direkomendasikan untuk mesin malah berdampak buruk. 

Kepala Bengkel Auto2000 Cilandak Suparna menjelaskan, penggunaan bensin dengan oktan lebih tinggi dari yang direkomendasikan akan menimbulkan efek pada mesin.

“Menggunakan bensin harus sesuai, jangan lebih rendah atau pun lebih tinggi karena akan ada efeknya untuk mesin,” ujar Suparna seperti dilansir dari Kompas,com, Selasa (20/7/2020).

Suparna menambahkan, menggunakan bensin dengan oktan yang lebih tinggi dari yang direkomendasikan akan membuat pembakaran mesin menjadi tidak sempurna.

Hasilnya konsumsi BBM bisa lebih boros lantaran banyak bahan kabar yang terbuang percuma lantaran tidak sesuai dengan spesifikasi mesin. Selain itu, kadar emisi gas buang yang dihasilkan juga lebih tinggi.

Baca Juga: Gara-gara Jam Tangan, Salah Satu Peserta Terancam Didiskualifikasi dari Reli Dakar 2023

Oleh karena itu, penggunaan BBM atau bensin untuk kendaraan harus disesuaikan dengan spesifikasi mesinnya.

Biasanya, setiap pabrikan sudah memberikan rekomendasi bahan bakar dengan nilai oktan yang sesuai untuk kendaraannya, baik sepeda motor maupun mobil.

Untuk memilih bahan bakar yang tepat, Anda bisa mengetahuinya dari perbandingan rasio kompresi mesin. Biasanya, kendaraan dengan rasio kompresi mesin 9:1 sampai 10:1 membutuhkan BBM dengan oktan minimal 90.

Kemudian, untuk kendaraan dengan rasio kompresi mesin 10:1 hingga 11:1 bisa menggunakan oktan minimal 92, dan untuk kompresi rasio kompresi lebih dari 11:1 hingga 12:1 bisa menggunakan oktan 95.

Di Indonesia, ada berbagai jenis dan merk BBM. Salah satunya, yakni Pertamina (Persero). Sebagai perusahaan pelat merah, Pertamina memiliki beragam produk BBM, di antaranya Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Turbo.