Alhasil, ia bisa menikmati mobil yang dinilai mahal tersebut dengan harga di bawah Rp 300 juta.
Jika pembeli lain tahu, pasti mereka iri bisa punya varian teratas tapi dengan banderol enggak sampai Rp 300 juta.
Ini luar biasa untuk brand Honda.
Namun juga menunjukkan, siapa saja enggak kebal dari tekanan pasar termasuk pemain kuat.
Bicara kebijakan pricing, konsumen Indonesia semakin terlihat karakternya.
Mereka yang masuk kategori konsumen Inovator atau Early Adopter, buru-buru menyerbu model baru.
Produsen umumnya enggak terkecoh dengan fenomena ini.
Konsumen berduit dan punya gengsi tinggi umumnya ingin mendapat unit lebih dulu. Dan bisa ditebak, didominasi peminat varian termahal.
Pasar yang sesungguhnya baru muncul ketika konsumen penyerap pertama ini mereda.
Produk bisa sustainable kalau konsumen gelombang kedua ini terus-menerus dibeli konsumen.
Bisa jadi mendebarkan jika gelombang kedua ini melemah.
Alhasil, model baru sekalipun enggak lolos dari ‘kewajiban diskon’ demi melariskan stok yang ada.
Di titik ini, konsumen diuntungkan, produsen deg-degan.