Pengakuan Stephane Peterhansel, Ternyata Buta Warna Tapi Malah Bikin Banyak Menang Reli Dakar

Rezki Alif Pambudi - Jumat, 30 Desember 2022 | 18:00 WIB

Monsieur Dakar, Stephane Peterhansel, mengaku buta warna tapi malah bikin tampil bagus di Reli Dakar 2023 (Rezki Alif Pambudi - )

GridOto.com - Tak ada yang lebih sukses dari sosok Stephane Peterhansel dalam sejarah Reli Dakar, yang mendapat julukan Monsieur Dakar atau Mr. Dakar.

Stephane Peterhansel debut di Reli Dakar pada 1988 silam dengan balapan di kategori motor bersama Yamaha.

Sampai tahun 1998, Stephane Peterhansel telah memenangkan enam gelar juara Reli Dakar sebelum akhirnya beralih ke kategori mobil.

Pada kategori mobil sejak 1999, Peterhansel berhasil memenangkan delapan gelar juara Reli Dakar, jadi sudah 14 gelar diraihnya dari dua kategori tersebut.

Pereli Prancis ini juga sudah balapan dengan banyak sekali brand, dan Reli Dakar 2023 akan menjadi tahun keduanya bersama Audi dengan mobil hybrid-nya.

Namun siapa sangka, Peterhansel yang merupakan raja Reli Dakar ini ternyata menderita buta warna.

Uniknya, buta warna inilah yang kata Peterhansel malah membuatnya unggul dari pereli lainnya di Reli Dakar.

"Aku sebenarnya buta warna. Tapi karena itulah aku cenderung melihat kontras, jadi aku punya pandangan lebih baik dibandingkan pereli lainnya," ungkap pria 57 tahun ini dilansir GridOto.com dari Speedweek.

Dengan kepekaan terhadap kontras, Peterhansel bisa melihat kondisi trek bergurun dengan lebih jeli daripada pembalap lainnya.

Baca Juga: Tak Banyak Jumlahnya, Inilah Para Pembalap Perempuan Bernyali yang Bakal Geber Motor di Reli Dakar 2023

Pada dasarnya di gurun tidak banyak warna yang akan dilihat pereli, hampir semua berwarna cokelat, namun melihat kontras dari setiap objek akan menjadi nilai lebih.

Buta warna adalah suatu kelebihan di Reli Dakar, namun banyak faktor lain yang membuatnya menjadi juara ajang balap paling menantang fisik dan mental ini.

"Kau harus melakukan pendekatan pekerjaanmu secara metodis, kau harus terus berkembang. Kau juga butuh co-driver berpengalaman dan teknisi bagus yang bisa memperbaiki mobil setiap hari," sambung Peterhansel.

"Aku suka off-road. Tapi Dakar sebenarnya bukan disiplin balapan pertamaku. Aku datang dari enduro, aku pernah jadi juara Prancis dan kemudian jadi juara dunia. Bagiku, reli ini sama saja tapi hanya tak selalu melaju di rute yang sama," jelasnya.

Selain itu, Peterhansel menegaskan bahwa Dakar bukan hanya soal kecepatan.

Banyak aspek di sana yang menguji fisik, mental dan pikiran, bukan hanya menjadi cepat saja.

"Rivalku (Heinz Kinigadner) datang ke Dakar dengan kecepatan luar biasa. Sayangnya dia jarang finis karena dia terlalu kencang. Di kompetisi ini, kau harus berkendara bukan hanya soal performa saja," ungkap Peterhansel.