GridOto.com - Pemerintah berencana kasih subsidi kendaraan listrik tahun 2023. Besaran subsidinya sudah dilontarkan oleh Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita (14/12/2022).
Agus merinci besarannya untuk mobil listrik berbasis baterai (BEV) dapat subsidi Rp 80 juta, mobil hybrid Rp 40 juta, motor listrik Rp 8 juta dan motor konversi menjadi motor listrik Rp 5 juta.
Subsidi tersebut akan diberikan kepada pembeli mobil dan motor listrik dari produsen yang memiliki pabrik di Indonesia. Tapi detailnya diakui Agus masih dalam tahap pembicaraan. “Pemerintah sekarang masih tahap finalisasi,” jelasnya saat itu.
Tujuannya, ingin mencontoh negara-negara lain yang ekosistem kendaraan listriknya sudah maju karena Pemerintahnya memberikan insentif. Contoh negera paling dekat Thailand.
Meskipun masih wacana, tapi rencana pemberian subsidi atau insentif tersebut boleh dibilang bikin ‘heboh’ dan jadi bahan pembicaraan dimana-mana.
Gimana tidak, namanya subsidi berarti pemberian bantuan (uang). Maksudnya Pemerintah akan memberi bantuan kepada calon konsumen mobil maupun motor listrik.
Nah, yang bikin heboh apakah urgensinya subsidi untuk kendaraan listrik ini? Yang pasti jawabannya kalau ingin lebih cepat dan masif, mau enggak mau pembelian kendaraan listrik harus diboost dengan subsidi atau bantuan.
Karena kalau tidak, kendaraan listrik kurang menarik buat konsumen karena tidak kompetitif (harganya) dibanding kendaraan berbahan bakar fosil. Sekadar info, setengah dari harga mobil listrik adalah harga baterainya.
Sehingga agak susah mengejar target KBLBB (Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai) di tahun 2030. Dimana 2 juta unit untuk mobil listrik dan 13 juta unit untuk motor listrik.
Baca Juga: Menteri ESDM Blak-blakan Soal Subsidi Mobil dan Motor Listrik, Kapan Mulai Berlaku?
Apalagi kalau ngomongin infrastruktur charging station yang belum banyak. Merujuk data Kementerian ESDM, di 2022 terdapat 961 Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) dan 439 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Sedangkan target hingga 2030, Pemerintah menargetkan membangun lebih dari 196.000 SPBKLU dan 48.000 SPKLU.
Kedua kalau bicara urgensinya, pembeli mobil listrik lah yang merasa penting dan akan diuntungkan saat ini. Pasalnya konsumen mobil listrik sudah mulai terbentuk dan pilihan mobilnya juga sudah cukup bervariasi. Satu lagi, mereka sudah percaya dengan brand mobil listrik di Indonesia.
Pasalnya sebagian besar mobil listrik di sini dikeluarkan oleh brand-brand otomotif terkenal atau minimal telah dikenal di Indonesia. Contoh Toyota, Suzuki, BMW, Mercedes-Benz, Nissan, Hyundai atau Wuling.
Namun agak berbeda dengan motor listrik di Indonesia. Pasarnya terbilang masih ‘sepi’. Berdasar data AISI, penjualan motor listrik hingga Juli 2022 sekitar 19.024 unit, atau baru 0,34 persen dari rata-rata penjualan motor dalam lima tahun terakhir.
Penyebabnya, lagi-lagi karena harganya yang masih tinggi dibanding motor mesin konvensional yang rata-rata berada di bawah Rp 20 juta. Sedangkan motor listrik dibanderol di atasnya.
Selain itu, calon pembeli motor listrik itu sepertinya masih ragu dan bingung. Kenapa? Sejak Pemerintah push kendaraan elektrifikasi, cukup banyak merek-merek baru motor listrik tumbuh.
Kalau diperhatikan mulai tahun 2021 hingga akhir 2022 tiba-tiba bermunculan bak jamur. Dimulai oleh Gesits, brand lokal, lalu ada Volta, Niu, Rakata, Davigo, Selis, U-winfly, Charged, United, Polytron dan lainnya.
Banyak kan? Sampai brand sepeda dan peralatan elektonik rumah tangga terkenal turut meramaikan pasar motor listrik di Indonesia loh. Mantap!
Yang terpenting sih, mereka bangun pabrik dan produksi motornya di Indonesia. Itu penting!
Gak mau kan negara kita hanya menjadi ‘sampah’ impor. Inget zaman motor Cina masuk ke sini dong? Berbondong-bondong masuk dan akhirnya 'hilang' begitu saja tanpa pamit.
MALAH MENUNDA
Selain heboh soal penting atau tidaknya, ternyata wacana subsidi kendaraan listrik ini membuat pengusaha maupun industri kendaraan listrik di Tanah Air resah. Loh kok?
Iya, mereka senang pasti. Karena berkat subsidi dari Pemerintah otomatis harga jual jadi lebih terjangkau. Dan diharapkan bisa menjual produknya banyak lagi. Simpelnya begitu.
Tapi tidak saat ini, kondisinya justru kurang menguntungkan. Sebab beberapa dealer mengeluh lantaran konsumen menunda beli mobil listrik. Menunggu dapat subsidi pada tahun depan kabarnya.
Hal ini tak hanya terjadi pada konsumen mobil listrik baterai (BEV), tapi juga calon konsumen HEV (Hybrid Electric Vehicle) macam Toyota Innova Zenix Hybrid.
Fenomena itu mirip ketika Pemerintah berencana memberikan relaksasi PPnBM mobil baru di tahun 2021 dan 2022 lalu. Tak sedikit konsumen menunda beli sampai aturan itu berlaku karena lumayan potongan harganya.
Pun demikian dirasakan oleh pengusaha atau modifikator konversi motor listrik. Konsumennya malah menunda mengkonversikan motor bensinnya ke listrik demi memperoleh subsidi di tahun depan.
SUBSIDI DI BAWAH RP 800 JUTA
Wacana subsidi tersebut juga mendapat kontra di tengah masyarakat. Pasalnya kenapa Pemerintah hanya memberikan bantuan kepada masyarakat kalangan ekonomi menengah atas.
Seperti diketahui, harga mobil listrik rata-rata masih berada di atas Rp 500 jutaan. Baru ada Wuling Air ev yang dilabeli Rp 200 jutaan, tapi mungil.
Dari situlah kenapa Pemerintah jadi agak ‘gerah’ sehingga Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita kembali mengupdate kalau kemungkinan pemberian subsidi hanya untuk mobil listrik di bawah Rp 800 juta (27/12/2022).
Nah coba kita telaah lagi, ada apa saja sih pilihan mobilnya? Yang pasti masuk Wuling Air ev, lalu ada DFSK Minibus dan Blind Van, Hyundai IONIQ 5 tipe Prime dan Nissan Leaf.
Trus, apakah masih ingin membelinya jika sudah dipotong (subsidi) Rp 80 juta?