"Aku sudah berbicara dengan beberapa mekanikku, mempersiapkan motor untuk balap itu rasanya lebih bikin stres daripada sesi latihan," lanjutnya.
"Pada balapan, kelalaian sedikit pun, contohnya penutupan fairing yang kurang sempurna, merusak segalanya. Jelas ada tekanan lebih buat mekanik dan pembalap," tegas Suppo.
Hal ini jelas membuat para mekanik dan pembalap lebih stres dua kali lipat.
Karena jika latihan pembalap bisa saja kembali ke garasi untuk membetulkan motornya, sedangkan saat balapan berarti semuanya sudah berakhir.
"Membuat 42 start dari segi psikologis adalah stres yang menakutkan. Memikirkan kejuaraan yang panjang, aku paling tidak akan mencoba sprint dulu dalam empat balapan untuk mempelajari efeknya. Jadi semua ini rasanya seperti judi bagiku," tegas Suppo.
Meski tak sepakat dengan sprint race, Suppo hanya bisa berharap upaya Dorna yang berisiko besar ini benar-benar bisa membuat MotoGP naik pamor lagi.
Tapi baginya, Dorna perlu memikirkan cara lain untuk bisa membuat MotoGP semakin populer di dunia.