Hal itu benar-benar membuat Dall'Igna murka sejadi-jadinya, hingga teriak-teriak di garasi Ducati.
"Dia marah dan untuk pertama kalinya aku mendengarnya berteriak," ungkap Pernat yang kala itu menjadi manajer Iannone, dilansir GridOto.com dari GPOne.
"Gigi tak pernah berteriak, kurasa sejak itupun aku tak pernah mendengarnya teriak lagi," jelas Pernat.
Pernat pun sampai dipelototin oleh Dall'Igna dan kemarahannya bertahan hingga berbulan-bulan.
"Dia melihat ke arah Simone Battistella (manajer Dovi) dan aku, jadi semua orang bisa mendengarnya juga. Kami bahkan tak membicarakan kontrak lagi, setidaknya sampai tiga bulan," sambung mantan manajer Valentino Rossi ini.
"Dia berteriak, wajahnya merah, lalu dia pergi. Aku tak pernah melihatnya sebegitu marah selama hidupku. Aku kenal Gigi sejak 1992, ketika dia pertama direkrut Aprilia, dan dia tak pernah berteriak. Aku di tembok garasi dan tak pernah melihat kejadiannya di layar, lalu aku melihatnya di layar dan aku cuma bisa menunduk," jelas Pernat.
Kemudian setelah semua mereda beberapa bulan setelahnya, Pernat sebenarnya hampir saja mendapatkan kontrak baru buat Iannone yang ingin dipertahankan Ducati.
Ducati hanya memilih satu pembalap saat itu untuk dipertahankan.
Sayangnya saat membaca kontrak, Iannone langsung pergi karena tak sepakat dengan nilai kontraknya hingga akhirnya memilih Suzuki.
"Lima menit kemudian Ducati memanggil Dovi yang menerima nilai tawarannya, karena dia tahu di sana ada manajemen baru dan motornya akan kompetitif. Itu kesalahan Iannone, aku sudah menyarankan menerimanya," jelasnya.