GridOto.com - Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) menyatakan pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia cenderung meningkat, hal ini bisa berdampak negatif terhadap emisi dan penipisan energi.
Dari data yang diungkapkan KPBB, skenario teknis pada Standar Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) menunjukkan kemungkinan untuk mengurangi 0,280 giga ton karbon dioksida ekuivalen (Gton CO2e) sebesar 59 persen dari 0,470 Gton CO2e emisi Business As Usual (BAU) kendaraan pada 2030.
Hal ini mengacu pada dasarnya yang sebesar 0,105 Gton CO2e pada 2010.
Dari angka tersebut, KPBB menyatakan Total beban karbon kendaraan di Indonesia sudah mencapai 0,255 Gton CO2e semenjak 2019 atau tiga tahun lalu.
Menurut Ahmad Safrudin, Direktur Eksekutif KPBB, skenario tersebut menunjukkan bahwa Indonesia dapat memetik manfaat ekonomi sebesar USD 341 miliar dari efisiensi bahan bakar, penghematan produksi, dan peningkatan kesehatan masyarakat sesuai dengan peningkatan kualitas udara.
"Dalam konteks efisiensi bahan bakar, kita dapat menghemat hingga 59,86 juta Kiloliter (KL) per tahun untuk bensin, dan 56,00 juta KL per tahun untuk solar atau setara dengan Rp 677 triliun per tahun pada tahun 2030," ujar pria yang akrab disapa Puput dalam rilis resminya, Rabu (14/12/2022).
Lebih lanjut, KPBB mendorong penerapan skenario teknis yang mengadopsi standar LCEV hingga 2030.
Hal tersebut dinilai sesuai dengan timeline Nationally Define Contribution (NDC) Indonesia, dengan roadmap 118 gr CO2 per km pada 2023 dan 85 gr CO2 per km pada 2027.
Puput juga mengatakan, standar LCEV harus ditindak lanjuti melalui kebijakan fiskal dengan skema feebate atau rebate yang sudah dibahas sejak 2013.
Baca Juga: Bisa Jadi Cuan, Limbah Baterai Kendaraan Listrik Ternyata Potensial Banget