GridOto.com - Zaman sekarang kalau ngomongin bebek super maka ada Yamaha MX King dan Honda Supra GTR150.
Kalau di era 1990 akhir hingga 2000 awal, maka motor yang pantas disebut bebek super tentu saja ada Suzuki Satria.
Secara teknis, Suzuki Satria memang punya spek di atas rata-rata motor bebek di masanya.
Makanya enggak heran kalau saat ini pun Suzuki Satria yang bermesin 2-tak ini mulai ramai dijadikan bahan restorasi dan koleksi.
Soalnya performanya memang pantas bikin ia dicintai, wuiih.
Sambil nostalgia, kami akan bahas sejarah Suzuki Staria 2-tak ini di Indonesia, pantengin terus artikel ini sampai tuntas ya.
Suzuki Satria ini pertama kali lahir tahun 1997.
Yup, Suzuki pede mengenalkan Suzuki Staria meski saat itu kondisi ekonomi dan politik di Indonesia agak kurang sehat, jelang krisis moneter gitu lho.
Hadir dengan nama Suzuki Satria 120S, motor ini seolah mendobrak pakem motor bebek yang ada saat itu.
Baca Juga: Suzuki Satria 120R Lebih Menarik, Upgrade Kaki-kaki dan Pengereman
Secara kasat mata, Suzuki Satria 120S tampil sangat racy dengan monosoknya.
Belum lagi setelah menguliti dalemannya, bisa dibayangin enggak bagaimana tercengangnya konsumen sat itu?
Mesin yang digendongnya adalah mesin tegak layaknya motor sport yang otomatis juga membuat tampilannya padat banget.
Apalagi mesin itu berkapasitas 120,7 cc, dengan bore 56 mm dan stroke 49 mm, sehingga powernya pun langsung ada di atas rata-rata motor bebek.
Dengan kompresi mesin 7:1 dan suplai bahan bakar lewat karburator Mikuni VM 18 SS, power Suzuki Satria 120S ini tembus 13 dk pada 7.500 rpm, dan torsinya 12,7 Nm di 6.000 rpm.
Dengan mesin yang cukup besar itu Suzuki mengklaim bahwa Satria 120S ini tetap irit.
Itu berkat posisi mesin Satria berkonfigurasi 50 derajat.
"Dengan begitu, bahan bakar cepat masuk dan gas buang mudah dimuntahkan. Irit dia," kata Michael Iskandar, sesepuh kilik mengilik dari APM Suzuki yang dulu masih bernama ISI (Indomobil Suzuki International), dikutip dari tabloid OTOMOTF edisi no.25/VII Senin 27 Oktober 1997.
Model mesin seperti ini juga membuat letak karburator tak perlu jauh dari silinder, sehingga mulut karburator bisa berhadapan langsung dengan crank case.
Hasilnya, campuran bahan bakar tak perlu melewati semacam leher angsa yang kebanyakan digunakan bebek domestik bermesin horizontal.
Aliran gas buangnya pun tak bakal terhambat dengan mesin tegak ini, karena desain leher knalpotnya bisa melengkung teratur.
"Tidak meliuk tajam. Sehingga pembuangan bisa mengimbangi lancarya saluran masuk," jelas Michael yang akrab disapa Om Cia.
Sayangnya, pada generasi awal Satria ini, ia belum dilengkapi kopling tangan alias hanya menggunakan kopling sntrifugal.
Selain itu roda yang dipakai masih cenderung kecil, dengan ban depan IRC tipe NR ukuran 70/90-17 dan belakang IRC 80/90-17.
Padahal, untuk motor seukuran Satria yang canggih, lebih kokoh menggunakan ban ukuran 90/90-17 depan dan belakang, setuju enggak?
Menemani Suzuki Satria 120S, di tahun 1998 bulan Juli ISI merilis Satria dengan tambahan kopling tangan yang dinamai Suzuki Satria 120R.
Belum genap setahun peluncuran, ada yang menarik dari harga keduanya.
Saat dirilis tahun 1997, Suzuki Satria 120S dijual seharga Rp 4,9 juta, sementara Satria 120R dirilis pada 1998 harganya tembus Rp 10 juta OTR Jakarta.
Sebabnya ya itu tadi, krisis moneter bikin kondisi ekonomi sedang labil-labilnya, makanya harganya bisa melambung setinggi itu.
Di luar itu, memang Suzuki Satria 120R juga di-upgrade lumayan banyak sih.
Tampangnya sih sama saja dengan versi S 5-speed, kecuali cuma pakai warna dan striping lebih sporti.
Tapi performanya naik lebih beringas lagi, berkat karburator lebih besar 2 mm pakai Mikuni VM 20 SS, sehingga tenaganya menjadi 13,5 dk dan torsi 13,2 Nm.
Dan di Satria 120R sistem starternya hanya ada model engkol atau kick starter, sedangkan versi 120S lengkap ada elektrik dan engkol.
Makanya bobot yang 120R juga berkurang, dari versi S 102,5 kg, kini pada versi R jadi 100 kg saja.
Tester OTOMOTIF saja kala itu ngaku badan seperti 'ketnggalan' gara-gara akselerasi yang nampol, hahaha.
Evolusi Satria tak berhenti di situ.
Tahun 1999, Satria 120R kembali dirilis, kali ini dengan cakram di kedua rodanya.
Bodinya tak ada ubahan dari versi sebelumnya, tapi pakai warna yang lebih berani seperti kombinasi biru dan kuning, dan peleknya dilabur putih dengan cakram merah.
Tambahan ini makin membuat Satria bak motor balap jalan raya.
Area mesin tak ada ubahan alias sama persis dengan Satria 120R lawas, masih bertenaga 13,5 dk dan torsi 13,2 Nm.
Edisi Terakhir
Tahun 2004 menandai kemunculan Satria dua tak generasi terakhir, sebelum nama Satria berubah menjadi sosok motor ayam jago bermesin 4-tak.
Suzuki Indonesia mengimpor Satria 120R dengan embel-embel LSCM atau yang lebih dikenal dengan julukan ‘Satria Hiu’ langsung dari Malaysia.
Satria Hiu memiliki bodi yang sama sekali beda.
Headlamp menyipit, bodi depan lebih ramping tapi bagian belakang tetap gendut, jauh lebih sporti.
Menariknya lagi, di versi ini panel instrumennya sudah dilengkapi takometer.
Mesin tetap sama, tapi tenaganya meningkat jadi 15 dk.
Transmisinya tetap kopling manual 6-percepatan.
Peleknya model palang dicat hitam dan dilengkapi rem cakram di kedua roda.
Tahun 2005 menjadi tahun terakhir Satria 2-tak dijual di Indonesia, karena setelahnya klan Satria diteruskan oleh Satria F150 4-tak yang berkode FU.