Naufal menjelaskan, Pertashop kini kian sepi karena hanya menjual BBM non-subsidi jenis Pertamax saja.
Dampak dari kenaikan harga, salah satu usaha Pertashop di kawasan Kecamatan Banda Baro, Aceh Utara ada yang tutup.
"Padahal awalnya tujuan membuka Pertashop ini merupakan program pemerintah untuk pemerataan BBM," lanjutnya.
Selain itu, tujuan Pertashop adalah menyalurkan BBM non-subsidi dengan harga yang sesuai Pertamina.
Menurutnya, kenaikan harga BBM ini berdampak buruk terhadap pengusaha Pertashop di beberapa daerah.
Dengan selisih Rp 4.500, sejumlah masyarakat justru memilih Pertalite dibandingkan Pertamax.
"Sebelum ada kenaikan, penjualan rata-rata tembus 1.500 liter per hari," ungkapnya.
Naufal menjelaskan, saat ini Pertashop hanya bisa menjual 300 hingga 400 liter per hari.
Ia berpendapat, kondisi ini bisa membuat Pertashop yang dikelolanya tidak mencapai target.
"Saya harap pemerintah dapat mengkaji kembali dan memperbolehkan Pertashop menjual Pertalite," tuturnya.
Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Harga Pertamax Rp 14.500, Warga Pilih Pertalite, Bisnis Pertashop Terancam Gulung Tikar