GridOto.com - Usai kesalahan fatal yang membuatnya gagal mejadi juara F1 Prancis 2022, Charles Leclerc mendapat dukungan dari banyak pihak termasuk dari rivalnya, Red Bull.
Setelah juara F1 Prancis 2022 Max Verstappen menunjukkan simpatinya, kini giliran bos Red Bull Christian Horner yang juga memberikan pembelaan ke Charles Leclerc.
Kekecewaan Charles Leclerc terjadi saat menjalani lap 18 balapan F1 Prancis 2022, mobilnya melintir dan berakhir di dinding pembatas trek gara-gara sang pembalap salah perhitungan.
Kesalahan itu membuat Leclerc semakin tertinggal dari Verstappen di klasemen sementara F1 2022, yang mana keduanya sekarang berjarak 63 poin.
Ini bukan kali pertama Leclerc kehilangan kemenangan saat memimpin balapan, entah karena masalah teknis ataupun dari kesalahan mendasar seperti di Le Castellet ini.
Sempat menyalahkan sistem gas mobilnya, Leclerc kemudian mengakui kecelakaan tersebut terjadi karena kesalahannya sendiri.
Christian Horner menyangkal kritikan yang menyebut Leclerc sebagai tukang crash.
"Aku tak berpikir demikian. Aku tak tahu apakah duel dengan Max mempengaruhi insidennya, tapi dia adalah pembalap kuat," kata Horner dilansir GridOto.com dari Planet F1.
"Maksudku, dua orang ini, mereka saling menekan dengan sangat keras. Mobil mereka berdua berada di batasnya dalam kondisi ini," jelasnya.
Meski membela Leclerc, Horner tak menampik blunder tersebut menguntungkan timnya.
"Kesialannya adalah keberuntungan kami, dan itu terus bergantian selama tahun ini," sambungnya.
Tapi jika tidak kena sial dan Leclerc bisa terus balapan hingga akhir, Horner penasaran bagaimana balapan F1 Prancis 2022 akan berakhir.
Apalagi Red Bull dan Ferrari menerapkan strategi yang benar-benar berbeda kemarin, banyak yang penasaran strategi mana yang lebih efektif.
"Akan sangat menarik melihat Charles masuk pit, dia akan mendapat keuntungan dalam dua atau tiga lap soal bannya," sambungnya.
"Temperatur ban kami masih terkontrol, pemakaiannya cukup bagus, kami tak melintir terlalu banyak dibanding Ferrari jadi kami cukup kuat, itu kenapa kami mencoba strategi satu stop yang agresif," jelasnya.