GridOto.com - Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi membuat banyak pemilik mobil beralih ke BBM bersubdisi.
Saat ini BBM yang disubsidi pemerintah adalah Pertalite seharga Rp 7.650 per liter dengan nilai oktan 90.
Padahal mobilnya direkomendasi pabrikan pakai oktan bahan bakar di atas 90.
Jika terus menerus menggunakan bahan bakar dengan nilai oktan lebih rendah dari rekomendasi pabrikan bisa membuat sensor O2 atau sensor oksigen mengalami masalah.
Sensor O2 ini berada di pipa gas buang tepatnya di bagian header.
Sensor O2 ini akan membaca kadar oksigen dan kepekatan gas buang untuk diinformasikan ke Engine Control Unit (ECU) dan diolah menjadi data Air Fuel Ratio (AFR).
Baca Juga: BBM Diesel Bersubsidi Bikin Injektor Cepat Mampat? Ini Kata Bengkel
"Memang betul, pada beberapa mobil yang dari pabrikan direkomendasikan untuk pakai bensin oktan 90 ke atas bisa membuat sensor O2 cepat kotor," sebut Bahtiar, Kepala Bengkel resmi Toyota Auto2000, Kalimalang, Jakarta Timur.
"Hal ini dikarenakan gas buang yang dihasilkan tidak sempurna terbakar sehingga membuat banyak kerak karbon," tambahnya.
Kerak karbon yang terlalu banyak ini akan menempel pada permukaan keramik sensor O2.
Alhasil, bacaan sensor akan terganggu sehingga input yang diberikan akan bermasalah.
Efek dari sensor O2 yang bermasalah bisa membuat tarikan mobil menjadi lemot.
Baca Juga: Waduh, Ternyata Roda Enggak Lurus Bisa Bikin Mobil Boros Bahan Bakar!
"Sensor O2 yang memberikan input ke ECU yang bermasalah membuat proses pembakaran berlangsung tidak sempurna," bebernya.
Berbeda halnya jika penggunaan bahan bakar sesuai yanh direkomendasikan pabrikan.
Gejala seperti sensor O2 kotor akan jauh berkurang.