Enggak cuma itu, kondisi permukaan aspal sirkuit yang berdebu tampaknya lebih menyorot perhatian para pembalap.
Pembalap tim Venturi yang juga finish ketiga di Formula E Jakarta 2022, Edoardo Mortara, jadi salah satu yang cukup vokal mengenai masalah tersebut.
Kondisi permukaan aspal yang berdebu, menurutnya menghalangi pembalap untuk menyuguhkan balapan yang lebih seru lagi.
“Karena hanya ada satu racing line (yang bersih dari debu), dan kami tidak bisa memacu mobil di luar line tersebut,” ujar Mortara kepada Gridoto.com setelah balapan.
“Kalau kami masih memaksa maka kami akan kehilangan grip, apalagi banyak tyre marble (serpihan ban) sehingga tidak ada ruang untuk melakukan kesalahan,” imbuhnya.
Sentimen serupa dilayangkan rekan setim Nyck De Vries di tim Mercedes-EQ, Stoffel Vandoorne.
“Permukaan treknya kurang bagus, ada cukup banyak debu dan tyre marble yang membuat kami kesulitan membalap dengan ketat,” ujarnya kepada GridOto.com dalam kesempatan yang sama.
“Hanya ada beberapa tikungan di mana kami yakin bisa melakukan overtake, dan sisanya kami tidak bisa melakukan apa-apa,” lanjutnya.
Meski demikian, baik Mortara dan Vandoorne sama-sama cepat meyakinkan bahwa kondisi tersebut belum menjadi masalah yang sangat fatal untuk mereka.
Maklum, para pembalap Formula E memang lebih terbiasa membalap di sirkuit jalanan dengan kondisi aspal yang bisa dibilang jauh dari kata ‘mulus.’
Mortara mengatakan bahwa kondisi aspal di Formula E Jakarta 2022 merupakan bagian dari tantangan dalam seri balap mobil listrik tersebut.
Sementara Vandoorne mengatakan bahwa di bawah lapisan debu tersebut, permukaan aspal JIEC memberikan grip yang cukup bagus.
“Permukaannya memang berdebu, namun di sirkuit lain pun seperti itu keadaannya. Sehingga untuk saya itu sudah biasa,” tutur Vandoorne.
“Tapi kalau kondisinya bisa lebih baik dan balapannya lebih seru, ya kenapa tidak?,” tutupnya.