GridOto.com- Sejak diumumkan kenaikan harga bulan lalu, perbedaan harga antara Pertamax dan Pertalite cukup signifikan.
Pertamax saat ini dijual seharga Rp 12.500 per liter untuk wilayah Jawa dan Sumatera.
Sementara Pertalite di angka Rp 7.650 per liter, sehingga selisih keduanya adalah Rp 4.850 per liter.
Dengan perbedaan yang cukup tinggi ini, ditenggarai memicu perpindahan penggunaan dari Pertamax ke Pertalite.
Angka pasti lonjakan penggunaan memang belum ada, namun dalam skala kecil ditemui GridOto di lapangan adanya sejumlah SPBU yang kehabisan stok Pertalite.
Sebagian lagi ditemukan jumlah antrean pada dispenser BBM beroktan 90 ini lebih mengular dibanding Pertamax.
Seperti SPBU di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, menurut petugasnya Andi, mengakui pengguna motor dan mobil lebih banyak memilih untuk menggunakan Pertalite.
"Mereka rela antre panjang demi untuk mendapatkan Pertalite," jelasnya.
Sebagai perbandingan, untuk 1 shift selama 8 jam, penjualan Pertalite bisa mencapai 3.000 liter sementara Pertamax paling tinggi 1.000 liter.
Baca Juga: Didatangi Ratusan Kendaraan Tiap Hari, Berapa Liter Volume Tangki Penyimpanan BBM di SPBU?
Andi mengakui hingga saat ini tidak ada pembatasan pembelian Pertalite.
"Stok juga masih aman-aman saja," ungkapnya.
Di SPBU Pos Pengumben, Jakarta Barat dan Ciledug, Tangerang juga tak jarang stok Pertalite tidak ada.
"Sedang dalam pengiriman, pak," ucap seorang petugas pengisian.
Untuk jam-jam tertentu semisal pagi dan sore, antrean di dispenser Pertalite pun demikian sangat panjang.
Firman, seorang pengendara mobil yang ditemui sedang isi Pertalite.
"Dari sebelum harga Pertamax naik, saya sudah pakai Pertalite ini," jelasnya.
Dengan adanya perbedaan harga yang cukup jauh ini, ia meneguhkan untuk tetap menggunakan Pertalite.
"Apalagi sekarang, jauh mas bedanya (harga)," katanya.
Kondisi yang tak jauh berbeda juga ditemui GridOto di wilayah SPBU Palmerah, Jakarta Barat, Bintaro, Tangerang Selatan, dan SPBU di Pamulang, Tangerang Selatan.
Di seluruh SPBU yang didatangi itu terlihat antrean panjang pembelian Pertalite.
Antrean panjang di hampir sebagian dan habisnya stok Pertalite ini ada kaitannya dengan penetapan pemerintah terhadap status Pertalite.
Pemerintah menetapkan Pertalite sebagai Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) menggantikan Premium.
Dengan adanya penetapan ini, Pertalite resmi berstatus sebagai BBM subsidi.
Penyaluran Pertalite juga dibatasi sesuai dengan kuota yang ditetapkan pemerintah.
Dikutip dari kompas.com, Dirjen Migas dalam rapat dengar pendapat di DPR pada 29 Maret 2022 menyebutkan kuota Pertalite pada 2022 sebesar 23,05 juta kilo liter.
Data yang diungkap sebelum adanya kenaikan harga Pertamax, disebutkan realisasi penyaluran Pertalite hingga Februari 2022 sudah mencapai: 4,26 juta KL.
Angka tersebut melebihi kuota penyaluran Pertalite sebesar 18,5 persen, berdasarkan skenario penyaluran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Diprediksi angka realisasi ini akan semakin meningkat seiring dengan adanya kenaikan harga Pertamax.