"Stok juga masih aman-aman saja," ungkapnya.
Di SPBU Pos Pengumben, Jakarta Barat dan Ciledug, Tangerang juga tak jarang stok Pertalite tidak ada.
"Sedang dalam pengiriman, pak," ucap seorang petugas pengisian.
Untuk jam-jam tertentu semisal pagi dan sore, antrean di dispenser Pertalite pun demikian sangat panjang.
Firman, seorang pengendara mobil yang ditemui sedang isi Pertalite.
"Dari sebelum harga Pertamax naik, saya sudah pakai Pertalite ini," jelasnya.
Dengan adanya perbedaan harga yang cukup jauh ini, ia meneguhkan untuk tetap menggunakan Pertalite.
"Apalagi sekarang, jauh mas bedanya (harga)," katanya.
Kondisi yang tak jauh berbeda juga ditemui GridOto di wilayah SPBU Palmerah, Jakarta Barat, Bintaro, Tangerang Selatan, dan SPBU di Pamulang, Tangerang Selatan.
Di seluruh SPBU yang didatangi itu terlihat antrean panjang pembelian Pertalite.
Antrean panjang di hampir sebagian dan habisnya stok Pertalite ini ada kaitannya dengan penetapan pemerintah terhadap status Pertalite.
Pemerintah menetapkan Pertalite sebagai Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) menggantikan Premium.
Dengan adanya penetapan ini, Pertalite resmi berstatus sebagai BBM subsidi.
Penyaluran Pertalite juga dibatasi sesuai dengan kuota yang ditetapkan pemerintah.
Dikutip dari kompas.com, Dirjen Migas dalam rapat dengar pendapat di DPR pada 29 Maret 2022 menyebutkan kuota Pertalite pada 2022 sebesar 23,05 juta kilo liter.
Data yang diungkap sebelum adanya kenaikan harga Pertamax, disebutkan realisasi penyaluran Pertalite hingga Februari 2022 sudah mencapai: 4,26 juta KL.
Angka tersebut melebihi kuota penyaluran Pertalite sebesar 18,5 persen, berdasarkan skenario penyaluran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Diprediksi angka realisasi ini akan semakin meningkat seiring dengan adanya kenaikan harga Pertamax.