Perlintasan Sebidang di Rel Kereta Api Kembali Makan Korban, Pengamat Sebut Perlu Ada Alat Ini

M. Adam Samudra - Jumat, 25 Maret 2022 | 14:58 WIB

Bajaj tertabrak kereta di Bulak Kapal, Bekasi (M. Adam Samudra - )

GridOto.comKecelakaan maut terjadi di perlintasan sebidang Jalan Pahlawan Bulak Kapal, Bekasi Timur, Kota Bekasi. Angkutan Bajaj diduga menerobos hingga tertabrak kereta api, Kamis (24/3/2022). 

Insiden ini mengakibatkan dua orang penumpang meninggal dunia, sementara sopir Bajaj bernomor plat B-2640-VN berhasil selamat. 

Johan (42) penjaga perlintasan sebidang mengatakan, kecelakaan terjadi sekira pukul 12.30 WIB saat lalu lintas ramai lancar. 

Tak hanya di Bekasi, kecelakaan yang mengakibatkan mobil dan kereta juga terjadi di Kabupaten Cianjur.

Di mana dua penumpang mobil yang tertabrak Kereta Api Siliwangi rute Sukabumi-Cianjur saat melintas di pelintasan kereta api tanpa palang pintu di Desa Selajambe, Kecamatan Sukaluyu, Rabu (23/3/2022).

Menanggapi hal itu, Pengamat Transportasi Publik Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menilai persoalan perlintasan sebidang yang kerap menimbulkan kecelakaan disebabkan berbagai faktor.

Lemahnya perhatian dari Pemerintah Daerah (Pemda) maupun pemerintah pusat akan penyelesaian persoalan tersebut salah satunya.

"Kampanye keselamatan kita sangat minim dalam dua 3 tahun terkahir ini," kata Djoko kepada GridOto.com, Jum'at (25/3/2022).

Menurutnya, tak hanya di Jakarta, persoalan perlintasan sebidang juga masih menjadi momok di berbagai daerah di Indonesia.

Dalam kasus ini keselamatan warga masih belum menjadi prioritas bagi pemerintah atau masih dikesampingkan.

Baca Juga: Sudah Kasih Santunan Rp 50 Juta, Proses Hukum Moge Tabrak Bocah Kembar di Pangandaran tetap Berlanjut

Agar kecelakaan tersebut tak terus terulang, Djoko menyebut perlu adanya Early Warning System (EWS).

Djoko
Early Warning System (EWS).

"Mengoptimalisasi fungsi early warning system (EWS) perlintasan sebidang KA. EWS merupakan inovasi keselamatan di perlintasan sebidang kereta api," kata Djoko.

"EWS sebagai alat bantu keselamatan seperti halnya fungsi rambu, bukan sebagai tumpuan utama keselamatan jalan di perlintasan. Terutama dipasang pada perlintasan yang tidak dijaga. 

Menurutnya, pemasangan EWS ini memang memerlukan pastisipasi warga sekitar.

"Masyarakat sekitar sebaiknya ikut menjaga dan jangan melakukan aksi vandalisme dan merusak komponen," bebernya.

Selain itu, para pengendara yang kerap melanggar peraturan juga menjadi persoalan lain yang harus dihadapi. Kebiasaan menerobos sudah seperti sudah menjadi budaya di Indonesia.

Padahal kata Djoko, perlintasan sebidang juga ada di negara maju seperti Jepang, Korea, dan Eropa namun masyarakatnya menjunjung tinggi sikap tertib.

"Beberapa ada perlintasan sebidang masih ada cuma mereka tertib biasanya daerah pinggiran kalo tengah kota enggak ada, Jepang masih ada (perlintasan sebidang) tapi daerah pinggiran yang lalu lintas mereka Eropa juga ada, jadi kita itu belum tertib di jalan raya," terangnya.