Konflik Rusia-Ukraina Bisa Bikin Krisis Semikonduktor Makin Panjang, Begini Penjelasannya

Ruditya Yogi Wardana - Jumat, 4 Maret 2022 | 13:45 WIB

Ilustrasi produksi mobil (Ruditya Yogi Wardana - )

GridOto.com - Konflik antara Rusia dan Ukraina masih belum terselesaikan hingga hari ini.

Serangan militer diketahui masih terus dilakukan Negeri Beruang Putih ke sejumlah wilayah di Ukraina.

Adanya konflik ini jelas memberikan dampak yang cukup terasa untuk pasar global, khususnya sektor otomotif terkait ketersediaan chip semikonduktor.

Pasalnya konflik antara Rusia dan Ukraina justru memperparah krisis chip semikonduktor yang sudah terjadi sejak pandemi Covid-19.

Melansir CNBCTV18.com, semakin parahnya krisis chip semikonduktor terjadi lantaran ekspor bahan baku yang disetop dari Ukraina.

Mengingat penerbangan di Ukraina dihentikan dan sejumlah pelabuhan diserang oleh militer Rusia.

Padahal Negeri Keranjang Roti Eropa tersebut merupakan penyuplai utama salah satu bahan baku pembuat semikonduktor, yakni gas neon.

Tidak hanya Ukraina, Rusia juga punya peran penting dalam produksi semikonduktor di dunia.

Sejumlah sanksi yang dijatuhkan beberapa negara terkait konflik ini, membuat ekspor palladium yang jadi salah satu bahan baku semikonduktor dari Rusia terhambat.

Baca Juga: Imbas Krisis Chip Semikonduktor, All New Honda BR-V Inden Sampai 3 Bulan

Baca Juga: Kata Toyota Soal Krisis Chip Semikonduktor, Masih Bisa Penuhi Permintaan Konsumen di Indonesia

Steven Cochrane dalam laporan berjudul 'Limited Trade Between Ukraine and APAC' mengatakan, kedua negara yang sedang konflik memegang kunci produksi semikonduktor di dunia.

"Konflik itu akan berpotensi memperpanjang krisis semikonduktor yang jadi kunci untuk produksi otomotif dan barang-barang lain di wilayah Asia-Pasifik," kata Steve dikutip dari CNBCTV18.com.

Semakin panjangnya krisis semikonduktor jelas akan menimbulkan efek domino terhadap sejumlah sektor, khususnya otomotif.

Ini jelas tidak baik, mengingat sejumlah negara produsen otomotif seperti China, Korea Selatan, Jepang dan lainnya sudah berusaha untuk mengatasi krisis semikonduktor yang sudah terjadi cukup lama.

Jika konflik semakin panjang, bukan tidak mungkin kalau nantinya harga chip semikonduktor jadi semakin tinggi.

Hal tersebut jelas akan membuat produksi mobil di sejumlah pabrikan otomotif semakin terhambat.