GridOto.com Tumbangnya dominasi Mercedes dari Red Bull di musim F1 2021 bisa dikatakan akibat ubahan regulasi mobil.
Red Bull berhasil menumbangkan dominasi Mercedes, yang mana sejak 2014 lalu pabrikan asal Jerman tersebut selalu memenangkan gelar juara dunia pembalap.
Bersama Max Verstappen, Red Bull berhasil menjuarai musim kompetisi 2021 dengan torehan 10 kemenangan.
Tumbangnya dominasi Mercedes ini memang sudah tercium sejak awal musim, di mana ubahan regulasi di area floor mobil yang mengurangi efek downforce pada mobil sekitar 10 persen dari musim 2020.
Ubahan regulasi ini cukup memiliki efek negatif untuk Mercedes W12 yang menggunakan konsep low rake atau sudut rake rendah.
Sudut rake ini adalah sudut depresi mobil dari depan hingga belakang terhadap bidang horizontal.
Low rake artinya sudutnya kecil, sedangkan high rake artinya sudutnya besar.
Mercedes bersama tim customernya yakni Aston Martin yang banyak menggunakan komponen yang sama, merupakan dua tim yang mengalami dampak langsung dari berubahnya desain floor ini.
Baca Juga: Lewis Hamilton Cabut dari Balap F1, Apa Kata Petinggi Red Bull Helmut Marko?
Baca Juga: Nostalgia Ayrton Senna dan Balapan F1 Tercepat, Cuma 24 Menit Sudah Finish Jadi Juara
Pada seri perdana di Bahrain misalnya, catatan waktu Mercedes lebih lambat 2,1 detik dari musim 2020 pada sesi kualifikasi.
Sementara Red Bull yang memiliki konsep high rake atau sudut lebih tinggi hanya kehilangan waktu 1,3 detik.
Konsep low rake ini memang selalu diterapkan oleh Mercedes sejak era turbo hybrid pada 2014 silam.
Dengan menempatkan posisi floor lebih rendah dan wheelbase yang lebih panjang, membuat mobil Mercedes memiliki keunggulan di trek yang memiliki trek lurus panjang seperti Bahrain, Silverstone dan Catalunya.
Sementara Red Bull selalu memiliki desain yang berlawanan dari Mercedes, mobil hasil desain Adrian Newey dan timnya ini selalu memiliki konsep high rake sejak masih menggunakan mesin Renault.
Dengan konsep high rake atau bagian belakang lebih tinggi serta wheelbase lebih pendek, mobil Red Bull selalu dominan di trek-trek yang membutuhkan cornering speed tinggi dan tidak banyak lintasan lurus panjang seperti Hungaria, Monako, Zandvoort, Austin dan tentu saja Red Bull Ring.
Meskipun begitu Mercedes mampu memenangkan 3 dari 4 balapan awal (Bahrain, Portimao dan Catalunya), di mana secara teori memang mobil dengan style low rake jauh lebih kuat di sirkuit dengan karakter stop & go yang memiliki straight panjang seperti tiga sirkuit tersebut.
Red Bull baru benar-benar menunjukkan tajinya sejak seri Monako di mana dengan mobil high rake dan wheel base pendek berhasil mendominasi sirkuit jalan raya Monte Carlo yang ikonik.
Baca Juga: Ferrari Segera Resmikan Simulator Baru Untuk Musim 2022, Ternyata Ini Pentingnya Simulator di F1
Baca Juga: Mobil F1 Baru Segera Mengaspal, Ini Bedanya dengan Generasi Sebelumnya
Setelahnya Red Bull berhasil menang 4x berturut-turut di seri Azerbaijan lewat Sergio Perez, lalu di Prancis, Styria, Austria bersama Max Verstappen.
Hasil tersebut menunjukkan jika mobil dengan konsep high rake ini memang benar-benar cocok dengan ubahan regulasi floor musim 2020.
Bahkan jika Verstappen tidak DNF akibat puncture saat memimpin balapan di Azerbaijan maka total kemenangannya akan berjumlah 11 pada musim ini.
Salah satu kemenangan penting Max atas rivalnya terjadi di seri Prancis di Sirkuit Paul Ricard yang menunjukkan jika Red Bull benar-benar kuat musim 2021 ini.
Karena di dua perhelatan sebelumnya di Paul Ricard, Lewis Hamilton berhasil mendominasi balapan dengan gap cukup jauh dari rivalnya, serta secara teori Mercedes dengan layout low rake sangat cocok dengan sirkuit ini.
Tapi tahun 2021 ini berkat ubahan pada floor dalam buku regulasi membuat downforce mobil Red Bull berbalik unggul, terutama di tikungan Paul Ricard yang tergolong rumit meskipun trek ini memiliki lintasan lurus yang cukup panjang untuk dimanfaatkan oleh Mercedes.
Belum lagi ubahan mesin yang dilakukan Honda di mana mereka merevisi tiga area, yakni dinding silinder dan head silinder serta turbocharger menghasilkan mesin yang efisien tapi juga kuat.
Maka kombinasi tersebut akhirnya berhasil membawa Red Bull mematahkan dominasi Lewis Hamilton dan Mercedes sejak 2014, meskipun Mercedes masih berhasil mengamankan gelar juara dunia konstruktor.
Baca Juga: Jika Lewis Hamilton Pensiun, Siapa ya Calon Penggantinya di Tim Mercedes?