GridOto.com - Seperti halnya di atas aspal, pembalap motocross juga mengenal rute terbaik alias racing line untuk melaju secepat mungkin di atas trek.
Hanya saja di motocross tak melulu soal melaju melalui apex atau titik pusat tikungan seperti road race, karena kadang melaju di sisi paling luar trek pun bisa membuat pembalap melaju lebih cepat juga.
Tapi juga soal cara melewati rintangan atau obstacle berupa berbagai macam gundukan tanah dengan tepat.
Biasanya pembalap motocross diberi beberapa pilihan dalam melewati rintangan di atas trek.
Misal yang sederhana saja, ada tiga bukit yang tidak terlalu jauh jaraknya, pilihan pertama pembalap bisa langsung melewati rintangan dalam sekali melompat atau jumping.
Atau pilihan keduanya jika ancang-ancang tidak terlalu kuat, pembalap bisa melaju dengan tetap menempel ke tanah untuk melewati tiga bukit itu.
Bisa juga hanya jumping melewati dua bukit dan bukit terakhir dilewati dengan jumping atau tetap melekat ke tanah.
Lebih efektif mana antara cara pertama, kedua, dan ketiga?
Baca Juga: Bos Tim WithU Yamaha RNF Punya Ambisi Besar di MotoGP 2022, Sebut Andrea Dovizioso Jadi Kuncinya
Sebenarnya semuanya tergantung dengan bagaimana treknya atau gundukannya itu sendiri, sebelum bukit itu pembalap bisa ancang-ancang dulu atau tidak, ukuran bukitnya besar atau kecil, dan banyak faktor lainnya.
Namun jika pembalap memilih cara pertama untuk melakukan jumping agar melewati semua bukitnya dalam sekali libas, caranya tidak sembarangan karena ada hitung-hitungan matematisnya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya jumping pembalap motocross.
Kecepatan pembalap harus tepat, tidak boleh lebih atau kurang.
Kalau kurang ya lompatan yang dilakukan tidak sampai target, kalau berlebihan ya tebak saja sendiri gimana jadinya.
Jadi kecepatan itu harus diperhitungkan dengan jarak antara dua puncak bukit, termasuk juga dengan sudut kemiringan bukit.
Gerakan motor trail melompat melewati bukit itu termasuk gerak parabola dalam ilmu fisika.
Nah, sekarang kita coba soal mencari nilai kecepatan motor agar bisa melewati suatu obstacle.
Baca Juga: Semakin Cinta Lingkungan, MotoGP Bakal Pakai Bahan Bakar Nonfosil Mulai Musim 2027
Misal saja kita anggap ketinggian puncak bukitnya sama.
Jarak antara kedua puncak bukitnya 10 m, sudut elevasi bukit lompatannya 45 derajat, berapa kecepatan optimum agar motor bisa melewati bukit itu?
dimana x=jarak antara dua bukit, A= sudut elevasi, Vo=kecepatan awal, g=percepatan gravitasi bumi (9,81 m/s2)
Dengan menggunakan rumus gerak parabola di atas, didapatkan kecepatan awal adalah 35,65 km/jam.
Jadi sang pembalap harus melompat dengan kecepatan awal segitu agar lompatannya sempurna.
Pembalap motocross profesional (misal pebalap MXGP) memang tidak menghitung secara rinci berapa kecepatan mereka saat melompat.
Tapi dengan latihan dan pengalaman, mereka tidak perlu menghitung secara rinci karena sudah memahami perkiraan kecepatan untuk melewati suatu rintangan.
Jadi mereka akan memperkirakan berapa kecepatan motor saat akan melompati suatu obstacle dengan melewatinya beberapa kali, bahkan kadang dengan melihatnya saja sudah tahu berapa kecepatan awal yang tepat.
Selain masalah perhitungan tadi, juga masih ada beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi keberhasilan pembalap saat jumping.