"Buatkan pos pengeluaran utama yang wajib dikeluarkan tiap bulan dan masukan ke dalam 3 amplop warna yakni merah, kuning dan hijau," bilang Suwandi.
Misalnya, kebutuhan makan seperti beras, lauk pauk, kemudian bayar listrik, telepon.
"Kebutuhan sekolah anak, les. Ini semua pengeluaran wajib tiap bulan," bilangnya.
Lalu seluruh uang untuk kebutuhan itu diletakkan di amplop merah.
Nah, amplop merah ini uang yang tidak bisa diutak-atik.
"Karena ini pengeluaran wajib," jelasnya.
Kemudian setelah ada sisa dari amplop merah, sisa uangnya dimasukkan ke dalam amplop kuning.
"Amplop kuning ini digunakan sewaktu-waktu misalnya, kondisi darurat sakit. Penggunaannya agak longgar lantaran kebutuhan amplop kuning tidak seperti amplop merah yang rutin," jelasnya.
Setelah ada sisa masukan ke amplop hijau.
"Dimana ini dana yang bisa digunakan untuk kondisi fun. Misal, rekreasi dan sejenisnya. Dana di amplop hijau ini sifatnya rileks. Bisa uang lebih untuk ditabung juga," bilangnya.
Nah dengan memiliki 3 jenis amplop ini, maka, kita bisa mengetahui kondisi keuangan diri.
"Paling mudahnya bisa juga gunakan rumus, cicilan tidak boleh melebih 30 persen dari pendapatan. Dengan demikian, jika memaksa melebih batas bahaya. Kemungkinan terjadi gagal bayar sangat besar," bilangnya.
Untuk kebutuhan kendaran juga penting menghindari NPL.
"Kalau mampu membeli mobil dengan cicilan Rp 2 juta sebulan, jangan melebih dari angka itu," jelasnya.
Carilah besarnya cicilan sesuai dengan kemampuan.
"kalau mobil baru tidak ada yang sesuai cicilan, turunkan ke mobil bekas dan seterusnya," bilangnya.
Kalau tidak nabunglah terlebih dahulu untuk mencapai uang muka besar.
"Sehingga cicilan bisa lebih kecil," paparnya.
Kalau semua dilakukan menurut Suwandi, potensi terjadinya kredit macet bisa diminimalkan.