Figur - Dwi Parileksono Purwanggoro, Industri Otomotif Jadi Barometer Ekonomi Negara

Muhammad Mavellyno Vedhitya - Jumat, 8 Oktober 2021 | 21:21 WIB

Dwi Parileksono Purwanggoro, Head of Public Relation and Media Communications Marketing, Sales and Public Relation Division di PT Eurokars Motor Indonesia (EMI). (Muhammad Mavellyno Vedhitya - )

GridOto.com - Dwi Parileksono Purwanggoro, saat ini menjabat sebagai Head of Public Relation and Media Communications Marketing, Sales and Public Relation Division di PT Eurokars Motor Indonesia (EMI).

Lebih dari 15 tahun pria yang akrab disapa Fedy ini berpengalaman kerja di Perusahaan Multinasional di Industri Otomotif.

Sebagai seorang Kepala Public Relation, banyak tanggung jawab yang dia pegang untuk memperkenalkan Mazda kepada pecinta otomotif Tanah Air.

"2013 saya gabung di Mazda Motor Indonesia, waktu itu masih Mazda Corporation sampai akhirnya mazda diakuisisi sama PT EMI dari 2017 awal," ujar Fedy kepada GridOto.com di Jakarta, Selasa (5/10/2021).

Menurutnya, industri otomotif sangat menantang dan menjadi faktor penting dalam berkembangnya ekonomi bangsa.

"Industri otomotif sebenarnya adalah barometer daripada ekonomi negara, kalau penjualan tinggi pendapatan juga tinggi," katanya.

Potensi pasar otomotif di Indonesia pun dikatakan olehnya masih sangat berpotensi untuk penjualan mobil-mobil kelas premium.

Baca Juga: Figur - Liberty Putra, Marketing and CRM Manager JLM Auto Indonesia, Bicara Soal Bangun Kedekatan Dengan Konsumen Jaguar Land Rover

Baca Juga: Figur - Ahmad Safrudin, Direktur Eksekutif KPBB, Usulkan Hapus 4 Jenis BBM Termasuk Pertalite Demi Standar Euro 6

Vedhit/GridOto.com
Menurut Fedy, industri otomotif menjadi barometer ekonomi sebuah negara

Selain itu, masa pandemi Covid-19 juga menjadi tantangan tersendiri bagi penjualan otomotif Indonesia.

Di masa pandemi ini banyak orang yang punya uang tapi tidak bisa mengeluarkannya misal untuk jalan-jalan, berinvestasi, atau segala macam.

"Ini agak unik ya, justru di masa pandemi terutama setelah gelombang pertama di 2020 penjualan mobil meningkat, terutama kelas premium," ungkap pria dua anak ini.

Mazda Indoensia sendiri masih melihat pasar otomotif Indonesia sangat potensial.

Pasalnya, jika dibandingkan negara tentangga Thailand, dengan jumlah penduduk tidak sebanyak Indonesia, tapi jumlah kepemilikan kendaraannya sudah cukup besar.

"Kalau kita melihat dengan jumlah penduduk Indonesia, rasio kepemilikan mobil itu masih sangat kecil," tutur pria berusia 50 tahun ini.

Begitu pula soal kendaraan listrik, menurut Fedy potensinya masih cukup besar.

Baca Juga: Figur - Julian Karfili, PR & Digital Manager Honda Prospect Motor, Akselerasi Digital Memperkuat Pabrikan Saat Pandemi

Baca Juga: Figur - Sonny Eka Putra, Pendiri Xpander Mitsubishi Owner Club (X-MOC) yang Hobi Bikin Komunitas Mobil Anyar

Vedhit/GridOto.com
Dwi Parileksono Purwanggoro

Akan tetapi, lanjutnya, mungkin masih perlu dipertimbangkan dari infrastruktur, bisa sekitar 5 sampai 10 tahun mendatang.

Lebih lanjut, diungkapkan olehnya, karakteristik pembeli Mazda sebenarnya orang-orang yang menyukai keindahan.

Kalau melihat dari desainnya, Mazda agak berbeda dengan beberapa merk Jepang lainnya.

"Dari build quality juga Mazda sendiri bisa dibilang lebih ke Eropa, dari sisi harga kami berada di harga premium dan memang tujuannya begitu," jelasnya lagi.

Dari sisi harga memang Mazda berada di middle-up, akan tetapi adanya peraturan pemerintah dengan perubahan pada Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dapat membuat harga lebih kompetitif.

"Mudah-mudahan ke depannya dengan perubahan PPnBM dengan menggunakan emisi gas buang bisa membuat harga menjadi lebih kompetitif, karena sudah disesuaikan dengan emisi gas buang bukan dari bentuk kendaraannya, itu menunjukkan suatu perubahan lah ya," tutup Fedy.